anniversary

Doa seorang ibu sungguh mustajab. Balk doa kebaikan ataupun doa buruk. Rosululloh pernah menyampaikan suatu kisah menarik berkaitan dengan doa ibu. 5uatu kisah nyata yang terjadi pada masa sebelum Rosululloh yang patut diambil sebagai ibroh bagi orang-orang yang beriman. Dahulu, ada tiga orang bayi yang bisa berbicara. Salah satunya adalah seorang bayi yang hidup pada masa Juraij. Juraij adalah seorang ahli ibadah, dia memiliki sebuah tempat ibadah yang sekaligus jadi tempat tinggalnya. Suatu ketika Juraij sedang melaksanakan sholat, tiba-tiba ibunya datang memanggilnya: "Wahai Juraij". Dalam hatinya, Juraij bergumam: "Wahai Robbku, apakah yang harus aku dahulukan... meneruskan sholatku ataukah memenuhi panggilan ibuku?!". Dalam kebimbangan, dia tetap meneruskan sholatnya. Akhirnya sang ibu pulang. Esok harinya, sang ibu datang lagi dan memanggil: "Wahai Juraij!". Juraij yang saat itu pun sedang sholat bergumam dalam hatinya: "Wahai Robbku, apakah aku harus meneruskan sholatku... Ataukah (memenuhi) panggilan ibuku?l". Tetapi dia tetap meneruskan sholatnya. Sang ibu kembali pulang untuk-kedua kalinya. Ketiga kalinya, ibunya datang lagi seraya memanggil: "Wahai Juraij!". Lagi-lagi Juraij sedang menjalankan sholat. Dalam hatinya, ia bergumam: "Wahai Robbku, haruskah aku memilih meneruskan sholatku ataukah memenuhi panggilan ibuku?I". Tetapi dia tetap meneruskan sholatnya. Akhirnya, dengan kecewa setelah tiga kali panggilannya tidak mendapat sahutan Bari anaknya, sang ibu berdoa: "Ya Alloh,janganlah engkau matikan Juraij hingga dia melihat wajah wanita pelacur". Orang-orang Dani Israil (ketika itu) sering menyebut-nyebut mama Juraij serta ketekunan ibadahnya, sehingga ada seorang wanita pelacur berparas cantik jelita mengatakan: Jika kalian mau, aku akan menggodanya (Juraij). Wanita pelacur itupun kemudian merayu dan mengwarkan diri kepada Juraij. Tetapi sedikitpun Juraij tak memperdulikannya. Namun apa yang kemudian dilakukan oleh wanita itu? Ia mendatangi seseorang yang tengah menggembala di sekitar tempat ibadah Juraij. Lalu demi terlaksananya tipu muslihat, wanitu itu kemudian merayunya. Maka terjadilah perzinaan antara dia dengan penggembala itu. Hingga akhirnya wanita itu hamil. Dan manakala bayinya telah lahir, dia membuat pengakuan palsu dengan berkata kepada orang-orang: "Bayi ini adalah anak Juraij." Mendengar hal itu, masyarakat percaya dan beramai-ramai mendatangi tempat ibadah Juraij, memaksanya turun, merusak tempat ibadahnya dan memukulinya. Juraij yang tidak tahu masalahnya bertanya dengan heran: "Ada apa dengan kalian?". "Kamu telah berzina dengan wanita pelacur lalu dia sekarang melahirkan anakmu", jawab mereka. Maka, tahulah Juraij bahwa ini adalah makar wanita Iacur itu. Lantas bertanya: "Dimana bayinya?". Merekapun membawa bayinya. Juraij berkata: "Biarkan saya melakukan sholat dulu", kemudian dia berdiri sholat. 5eusai menunaikan sholat, dia menghampiri si bayi lalu mencubit perutnya seraya bertanya: "Wahai bayi, siapakah ayahmu?" Si bayi menjawab: "Ayahku adalah si fulan, seorang penggembala". Akhirnya, masyarakat bergegas menghampiri Juraij, mencium dan mengusapnya. Mereka minta maaf can berkata: "Kami akan membangun tempat ibadahmu dari emas". Juraij mengatakan: "Tidak, bangun saja seperti semula yaitu dari tanah Hat". Lalu merekapun mengerjakannya.

Selasa, 15 Desember 2009

Perbedaan Dasar Antara Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif Oleh: Jonathan Sarwono Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas

PENGERTIAN PENELITIAN ILMIAH DAN DAN NON ILMIAH

1. Jelaskan pengertian Penelitian Ilmiah dan apa bedanya dengan penelitian yang tidak Ilmiah? Jelaskan!

PENGERTIAN PENELITIAN ILMIAH DAN DAN NON ILMIAH

Beberapa pengertian Penelitian :
Penelitian adalah suatu penyelidikan atau suatu usaha pengujian yang dilakukan secara teliti, dan kritis dalam mencari fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan menggunakan langkah-langkah tertentu. Dalam mencari fakta-fakta ini diperlukan usaha yang sistematis untuk menemukan jawaban ilmiah terhadap suatu masalah. Beberapa pakar lain memberikan definisi penelitian sebagai berikut :

1. David H Penny
Penelitian adalah pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang pemecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta.

2. J. Suprapto
Penelitian adalah penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, serta sistematis.

3. Sutrisno Hadi
Sesuai dengan tujuannya, penelitian dapat diartikan sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

4. Mohammad Ali
Penelitian adalah suatu cara untuk memahami sesuatu melalui penyelidikan atau usaha mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah itu, yang dilakukan secara hati-hati sekali sehingga diperoleh pemecahannya.

5. The New Horison Ladder Dictionary
Pengertian research ialah a careful study to discover correct information, yang artinya, suatu penyelidikan yang dilakukan secara hati-hati untuk memperoleh informasi yang benar.

Secara etimologi, penelitian berasal dari bahasa Inggris “research� (re berarti kembali, dan search berarti mencari). Dengan demikian research berarti mencari kembali.

Menurut kamus Webster’s New Internasional, penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu. Hillway dalam bukunya Introduction to research mengemuka-kan bahwa penelitian adalah suatu metode belajar yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut. (Hillway, 1965)

Tuckman mendefinisikan penelitian (research) : “ a systematic attempt to provide answer to question � yaitu penelitian merupakan suatu usaha yang sistematis untuk menemukan jawaban ilmiah terhadap suatu masalah. Sistematis artinya mengikuti prosedur atau langkah-langkah tertentu. Jawaban ilmiah adalah rumusan pengetahuan, generaliasi, baik berupa teori, prinsip baik yang bersifat abstrak maupun konkret yang dirumuskan melalui alat- primernya, yaitu empiris dan analisis. Penelitian itu sendiri bekerja atas dasar asumsi, teknik dan metode.

Kadang-kadang orang menyamakan pengertian penelitian dengan metode ilmiah. Sesuai dengan tujuannya, penelitian dapat diartikan sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dimana usaha-usaha itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. Kegiatan penelitian adalah suatu kegiatan objektif dalam usaha mengembangkan, serta menguji ilmu pengetahuan berdasarkan atas prinsip-prinsip, teori-teori yang disusun secara sistematis melalui proses yang intensif dalam pengembangan generalisasi. Sedangkan metode ilmiah lebih mementingkan aplikasi berpikir deduktif-induktif di dalam memecahkan suatu masalah.

Fokus perhatian dalam suatu penelitian adalah masalah, masalah yang muncul dalam pikiran peneliti berdasarkan penelaahan situasi yang meragukan (a perplexing situation). Masalah adalah titik sentral dari keseluruhan penelitian.

Pengertian lain dari Penelitian :
Salah satu hal yang penting dalam dunia ilmu adalah penelitian (research). Research berasal dari kata re yang berarti kembali dan search yang berarti mencari, sehingga research atau penelitian dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mengembangkan dan mengkaji kebenaran suatu pengetahuan.

Research, menurut The Advanced Learner’s Dictionary of Current English (1961) ialah penyelidikan atau pencarian yang seksama untuk memperoleh fakta baru dalam cabang ilmu pengetahuan.

Menurut Fellin, Tripodi dan Meyer (1969) riset adalah suatu cara sistematik untuk maksud meningkatkan, memodifikasi dan mengembangkan pengetahuan yang dapat disampaikan (dikomunikasikan) dan diuji (diverifikasi) oleh peneliti lain.

Selain itu penelitian juga dapat didefinisikan sebagai :
a. Suatu usaha untuk mengumpulkan, mencatat dan menganalisa sesuatu masalah.

b. Suatu penyelidikan secara sistematis, atau dengan giat dan berdasarkan ilmu pengetahuan mengenai sifat-sifat daripada kejadian atau keadaan-keadaan dengan maksud untuk akan menetapkan faktor-faktor pokok atau akan menemukan paham-paham baru dalam mengembangkan metode-metode baru.

c. Penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan utnuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati serta sistematis.

d. Usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah.

e. Pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang pemecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta.

Dari kelima definisi di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Merupakan usaha untuk memperoleh fakta-fakta atau mengembangkan prinsip-prinsip (menemukan/mengembangkan/ menguji kebenaran).

2. Dengan cara/kegiatan mengumpulkan, mencatat dan menganalisa data (informasi/keterangan)

Dikerjakan dengan sabar, hati-hati, sistematis dan berdasarkan ilmu pengetahuan dengan metode ilmiah

Penelitian dan Metode Ilmiah
Penelitian dapat digolongkan dalam dua, sesuai dengan ukuran kwalitasnya yaitu penelitian ilmiah dan penelitian tidak ilmiah atau yang dilakukan oleh orang awam. Penelitian tidak ilmiah mempunyai ciri-ciri dilakukan tidak sistematik, data yang dikumpulkan dan cara-cara pengumpulan data bersifat subyektif yang sarat dengan muatan-muatan emosi dan perasaan dari si peneliti. Karena itu penelitian tidak ilmiah adalah penelitian yang coraknya subyektif. Sedangkan penelitian ilmiah adalah suatu kegiatan yang sistematik dan obyektif untuk mengkaji suatu masalah dalam usaha untuk mencapai suatu pengertian mengenai prinsip-prinsipnya yang mendasar dan berlaku umum (teori) mengenai masalah tersebut. Penelitian yang dilakukan, berpedoman pada berbagai informasi (yang terwujud sebagai teori-teori) yang telah dihasilkan dalam penelitian-penelitian terdahulu, dan tujuannya adalah untuk menambah atau menyempurnakan teori yang telah ada mengenai masalah yang menjadi sasaran kajian.
Berbeda dengan penelitian tidak ilmiah, penelitian ilmiah dilakukan dengan berlandaskan pada metode ilmiah. Metode ilmiah adalah suatu kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Dalam sains dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan, eksperimen, generalisasi, dan verifikasi. Sedangkan dalam ilmu-ilmu sosial dan budaya, yang terbanyak dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dan pengamatan; eksperimen, generalisasi, dan verifikasi juga dilakukan dalam kegiatan-kegiatan penelitian oleh para ahli dalam bidang-bidang ilmu-ilmu sosial dan pengetahuan budaya untuk memperoleh hasil-hasil penelitian tertentu sesuai dengan tujuan penelitiannya. Metode ilmiah berlandaskan pada pemikiran bahwa pengetahuan itu terwujud melalui apa yang dialami oleh pancaindera, khususnya melalui pengamatan dan pendengaran. Sehingga jika suatu pernyataan mengenai gejala-gejala itu harus diterima sebagai kebenaran, maka gejala-gejala itu harus dapat di verifikasi secara empirik. Jadi, setiap hukum atau rumus atau teori ilmiah haruslah dibuat berdasarkan atas adanya bukti-bukti empirik.

Perbedaan Berdasarkan Keilmiahan :
1. Penelitian Ilmiah
Menggunakan kaidah-kaidah ilmiah (Mengemukakan pokok-pokok pikiran, menyimpulkan dengan melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian ilmiah/meyakinkan. Ada dua kriteria dalam menentukan kadar/tinggi-rendahnya mutu ilmiah suatu penelitian yaitu:
1. Kemampuan memberikan pengertian yang jelas tentang masalah yang diteliti:
2. Kemampuan untuk meramalkan: sampai dimana kesimpulan yang sama dapat dicapai apabila data yang sama ditemukan di tempat/waktu lain;
2. Penelitian non ilmiah (Tidak menggunakan metode atau kaidah-kaidah ilmiah)
• Berdasarkan Spesialisasi Bidang (ilmu) garapannya : Bisnis (Akunting, Keuangan, Manajemen, Pemasaran), Komunikasi (Massa, Bisnis, Kehumasan/PR, Periklanan), Hukum (Perdata, Pidana, Tatanegara, Internasional), Pertanian (agribisnis, Agronomi, Budi Daya Tanaman, Hama Tanaman), Teknik, Ekonomi (Mikro, Makro, Pembangunan), dll.
• Berdasarkan dari hadirnya variabel (ubahan) : variabel adalah hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap, yang menunjukkan variasi baik kuantitatif maupun kualitatif. Variabel : masa lalu, sekarang, akan datang. Penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan / menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi) adalah penelitian deskriptif ( to describe = membeberkan/menggambarkan). Penelitian dilakukan terhadap variabel masa yang akan datang adalah penelitian eksperimen.


2. Syarat-syarat apa/ kriteria apa yang harus dipenuhi agar suatu penelitian dikatakan sebagai Penelitian Ilmiah?

Sifat atau ciri dari penelitian:
(1) pasif, hanya ingin memperoleh gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan,
(2) aktif, ingin memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesa.
Posisi penelitian sendiri pada umumnya adalah menghubungkan:
(1) Keinginan manusia, (2) permasalahan yang timbul, (3) ilmu pengetahuan, dan (4) metode ilmiah.

Ciri-ciri penelitian ilmiah adalah:
1. Purposiveness, fokus tujuan yang jelas;
2. Rigor, teliti, memiliki dasar teori dan disain metodologi yang baik;
3. Testibility, prosedur pengujian hipotesis jelas
4. Replicability, Pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau yang sejenis;
5. Objectivity, Berdasarkan fakta dari data aktual : tidak subjektif dan emosional;
6. Generalizability, Semakin luas ruang lingkup penggunaan hasilnya semakin berguna;
7. Precision, Mendekati realitas dan confidence peluang kejadian dari estimasi dapat dilihat;
8. Parsimony, Kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode penelitiannya.

Penelitian yang dilakukan dengan metode ilmiah disebut penelitian ilmiah. Suatu penelitian harus memenuhi beberapa karakteristik untuk dapat dikatakan sebagai penelitian ilmiah. Umumnya ada lima karakteristik penelitian ilmiah, yaitu :

1. Sistematik
Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.

2. Logis
Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.

3. Empirik
artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari (fakta aposteriori, yaitu fakta dari kesan indra) yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian.

Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu :
a. Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain)
b. Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu
c. Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan sebab akibat).

4. Obyektif,
artinya suatu penelitian menjahui aspek-aspek subyektif yaitu tidak mencampurkannya dengan nilai-nilai etis.

5. Replikatif,
artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.

3. Apa perbedaan antara riset murni/ bioriset dengan riset terapan/ apply riset?

Pengertian Riset
• Pada dasarnya riset adalah setiap proses yang menghasilkan ilmu pengetahuan. Menurut Clifford Woody riset adalah suatu pencarian yang dilaksankan dengan teliti untuk memperoleh kenyataan-kenyataan atau fakta atau hukum-hukum baru. Di dalamnya terdapat usaha dan perencanaan yang sungguh-sungguh yang relatif makan waktu yang cukup lama.

• Sedangkan Whiteney (1950) mengatakan, bahwa di dalam riset terkandung suatu attidute yang gandrung dan cinta akan adanya perubahan-perubahan.

• Selanjutnya lebih tegas dikemukakan oleh Berkner (1985), bahwa riset adalah usaha secara ilmiah untuk mendapatkan dan memperluas ilmu yang telah dimiliki.

• Folson, dalam ahun yang sama, mengemukakan, bahwa riset adalah kegiatan ilmiah untuk menemukan sesuatu yang baru sama sekali.

• Trullinger (1951) mengemukakan bahwa riset adalah kegiatan ilmiah untuk mendapatkan atau menembus batas-batas ilmu yang telah ada.

• True (1907) mengatakan bahwa riset itu adalah usaha-usaha ilmiah untuk mencari jawaban-jawaban masalah tertentu.

• F. Rumawas (1973-1974) mengatakan bahwa penelitian itu adalah suatu usaha manusia untuk mengisi kekosongan illmu pengetahuan,

• National Science Foundation (1956) memberikan pengertian bahwa riset itu adalah usaha pencarian secara sistematik dan mendalam untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih luas dan lebih sempurna tentang subyek yang sedang dipelajari. Uraian yang lebih jelas kiranya dapat diperoleh dari uraian

• Sutrisno Hadi (1978) sebagai berikut: riset berarti usaha menemukan, mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan secara ilmiah.

Maksud dan Tujuan Riset

• Untuk memperoleh data yang akurat, konsisten dan dapat dipercaya, yang penting bagi bahan perencanaan pembangunan negara dan bangsa.

• Mencari jalan pemecahan masalah atau masalah-masalah yang sedang dan yang akan dihadapi, seperti misalnya bagi indonesia masalah eksplosi penduduk (umpama transmigrasi), peningkatan penghasilan per kapita dan lain-lainnya.

• Untuk meningkatkan kohesi nasional. Penyelenggaraan pertemuan atau rapat kerja ilmiah antara ahli-ahli di indonesia, dapat menumbuhkan serta mengembangkan dan membina kohesi nasional. Di dalamnya akan tumbuh satu bangsa, satu bahasa dan satu negara.

• Meningkatkan dan membina kerukunan bangsa-bangsa dunia.

• Mencari dan menemukan ilmu pengetahuan baru atau meluaskan horison ilmu yang telah dimiliki sekarang.

Jenis-Jenis Riset
Berdasarkan beberapa pertimbangan para ahli, riset digolongkan atas beberapa jenis seperti:
1. riset dasar (basic research),
2. riset terapan (applied research),
3. riset perkembangan (development research) dan
4. riset adaptasi (adapted reseearch)

1. Riset Dasar
- Jenis riset ini adalah merupakan suatu penelitian yang penemuannya tidak atau belum dikaitkan dengan latar belakang kegiatannya secara praktis.
- Riset ini bertujuan mencari dan menemukaan hukum-hukum baru yang bersifat umum dan mengusahakna untuk memperluas dan memperjelas pengertian tentang fenomena yang sedang diteliti. (Rome, 1961).
- Misalnya ilmu tentang atom-atom dan listrik dahulunya merupakan hasil riset dasar. Namun sekarang ilmu itu telah merupakan mukzizat bagi semua manusia di atas bumi.

2. Riset Pengembangan
- Riset ini bertugas mencek kembali hasil penelitian terapan yang telah diperoleh di suatu daerah atau negara, apakah cocok ataukah tidakAtau apakah harus diadakan variasi guna menyesuaikan dengan kondisi yang baru.
- Bentuk riset ini biasanya merupakan pilot proyek. Bahan penelitian dibuat kecil saja, hingga benar-benar kondisi-kondisi intern dan ekstern dapat dikuasai, atau diselidiki pengaruhnya.
- Suatu contoh, misalnya ialah percobaan adaptasi jenis-jenis padi PB yang telah diketemukan di Los Banhyos, Philipina, di beberapa daerah di Indonesia. Mula-mulanya dicobakan di daerah Bogor, kemudian barulah disebarkan kedaerah-daerah.

3. Riset Adaptasi
- Riset adaptasi tampaknya hampir sama dengan riset pengembangan. Tetapi riset adaptasi melulu diadakan utnuk mengadakan penyelesaian baru pada tempat baru bagi setiap hasil yang telah ketemukan di daerah lainnya.
- Misalnya percobaan-percobaan varietas unggul seperti PB, Pelita I/1 dan Pelita I/2, PB26 dan terakhir PB26 dibeberapa daerah di Indonesia. Biasanya ilmu-ilmu pertanian sosial ekonomilah yang perlu diperiksa penterapannya di daerah baru, apakah sesuai apakah tidak?
- Di dalam bidang industri, terdapat riset terapan dan pengembangan (applied research and development), riset dasar terarah (directed basic research) dan riset dasar tak-terarah (undirected basic research).
- Riset terapan dan pengembangan secara langsung dilakukan untuk memajukan perusahaan atau industri yang besangkutan. Misalnya riset untuk menemukan jenis mesin yang paling mutakhir, kuat dan hemat, dan sebagainya, penelitian untuk memperoleh mesin pencetak yang bersifat ganda, dan sebagainya.
- Penelitian dasar terarah dimaksudkan untuk meneliti hukum-hukum dasar, yang kemudian hari dapat dipakai untuk memajukan perusahaannya.
- Riset dasar tak-terarah dimaksudkan untuk meneliti masalah yang skupnya luas dan tanpa diarahkan untuk memcahkaan suatu masalah yang dihadapi oleh perusahaan atau industri. Perusahaan dan industri tidak mengharapkan keuntungan dengan cepat, yang dikemudian hari mungkin hasil riset ini digunakannya di dalam memajukan industrinya.

Perbedaan antara Riset Dasar dengan Riset Terapan
1. Basic Research (Penelitian Dasar), Mempunyai alasan intelektual, dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan;
2. Applied Reseach (Penelitian Terapan), Mempunyai alasan praktis, keinginan untuk mengetahui; bertujuan agar dapat melakukan sesuatu yang lebih baik, efektif, efisien.

4. Apa perbedaan Penelitian Kualitatif dengan Penelitian Kuantitatif ?

Pengertian Penelitian Kualitatif
Menurut Strauss dan Corbin (1997: 11-13), yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain. Salah satu alasan menggunakan pendekatan kualitatif adalah pengalaman para peneliti dimana metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan.
Bogdan dan Taylor (1992: 21-22) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yng menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasil kan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perpektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian. Berdasarkan analisis tersebut kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum yang sifatnya abstrak tentang kenyataan-kenyataan (Hadjar, 1996 dalam Basrowi dan Sukidin, 2002: 2)
Konsep dan Ragam Penelitian Kualitatif
Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miler (1986: 9) pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif. Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu. Untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan, pengamat harus mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu itu. Untuk itu pengamat pengamat mulai mencatat atau menghitung dari satu, dua, tiga dan seterusnya. Berdasarkan pertimbangan dangkal demikian, kemudian peneliti menyatakan bahwa penelitian kuantitatif mencakup setiap penelitian yang didasarkan atas perhitungan persentase, rata-rata dan perhitungan statistik lainnya. Dengan kata lain, penelitian kuantitatif melibatkan diri pada perhitungan atau angka atau kuantitas.
Di pihak lain kualitas menunjuk pada segi alamiah yang dipertentangkan dengan kuantum atau jumlah tersebut. Atas dasar pertimbangan itulah maka kemudian penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Pemahaman yang demikian tidak selamanya benar, karena dalam perkembangannya ada juga penelitian kualitatif yang memerlukan bantuan angka-angka seperti untuk mendeskripsikan suatu fenomena maupun gejala yang diteliti.
Dalam perkembangan lebih lanjut ada sejumlah nama yang digunakan para ahli tentang metodologi penelitian kualitatif (Noeng Muhadjir. 2000: 17) seperti : interpretif grounded research, ethnometodologi, paradigma naturalistik, interaksi simbolik, semiotik, heuristik, hermeneutik, atau holistik, yang kesemuanya itu tercakup dalam klasifikasi metodologi penelitian postpositivisme phenomenologik interpretif.
Berdasarkan beragam istilah maupun makna kualitatif, dalam dunia penelitian istilah penelitian kualitatif setidak-tidaknya memiliki dua makna, yakni makna dari aspek filosofi penelitian dan makna dari aspek desain penelitian.

Pengertian penelitian kualitatif lainnya:
"Qualitative research is a loosely defined category of research designs or models, all of which elicit verbal, visual, tactile, olfactory, and gustatory data in the form of descriptive narratives like field notes, recordings, or other transcriptions from audio- and videotapes and other written records and pictures or films." --Judith Preissle

Penelitian kualitatif juga disebut dengan: interpretive research, naturalistic research, phenomenological research (meskipun ini disebut sebagai jenis dari penelitian kualitaif yang dipakai penelitian deskriptif).

Perbedaan Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif
Penelitian untuk membuktikan atau menemukan sebuah kebenaran dapat menggunakan dua pendekatan, yaitu kantitatif maupun kualitatif. Kebenaran yang di peroleh dari dua pendekatan tersebut memiliki ukuran dan sifat yang berbeda.

Pendekatan kuantitatif lebih menitik beratkan pada frekwensi tinggi sedangkan pada pendekatan kualitatif lebih menekankan pada esensi dari fenomena yang diteliti. Kebenaran dari hasil analisis penelitian kuantitatif bersifat nomothetik dan dapat digeneralisasi sedangkan hasil analisis penelitian kualitatif lebih bersifat ideographik, tidak dapat digeneralisasi.

Hasil analisis penelitian kualitatif naturalistik lebih bersifat membangun, mengembangkan maupun menemukan terori-teori sosial sedangkan hasil analisis kuantitatif cenderung membuktikan maupun memperkuat teori-teori yang sudah ada.

Perbedaan klasik antara kualitatif dan kuantitatif
Qualitative Research Quantitative Research
• phenomenological
• inductive
• holistic
• subjective/insider centered
• process oriented
• anthropological worldview
• relative lack of control
• goal: understand actor's view
• dynamic reality assumed; "slice of life"
• discovery oriented
• explanatory • positivistic
• hypothetico/deductive
• particularistic
• objective/outsider centered
• outcome oriented
• natural science worldview
• attempt to control variables
• goal: find facts & causes
• static reality assumed; relative constancy in life
• verification oriented
• confirmatory

Diadaptasi dari Cook and Reichardt (1979)
Tetapi kesimpulan di sini masih terdapat dikotomi karena tidak menerangkan karakter khusus dari masing-masing jenis penelitian.

Metode Kuantitatif menggunakan angka-angka dan data staistik, seperti: experiments, correlational studies using surveys & standardized observational protocols, simulations, supportive materials for case study.

Yang biasanya ditandai dengan: 1. Observe events, 2. Tabulate, 3. Summarize data, 4. Analyze, 5. Draw conclusions
Sedangkan kualitatif menggunakan deskripsi dan kategori dalam wujud kata-kata, seperti: open-ended interviews, naturalistic observation (common in anthropology), document analysis, case studies/life histories, descriptive dan self-reflective supplements to experiments serta correlational studies.

Dengan ciri-ciri umum:
1. Observe events (ask questions with open-ended answers)
2. Record/log what is said and/or done
3. Interpret (personal reactions, hypotheses, monitor methods)
4. Return to observe
5. Formal theorizing (speculations and hypotheses)
6. Draw conclusions

Tiga proses yang dipakai
1. Detail tapi open-ended interviews
2. Observasi langsung
3. Menulis dokumen (dengan kata bukan angka)

Ditinjau dari sisi kemudahan
• kuantitatif, cukup dengan menggunakan software statistik tertentu lewat media komputer (meski harus tetap mengetahui proses statistik).
• Kualitatif, menganalisis konsep-konsep (bukan hanya satu prosedur)
• Kualitatif menggunakan banyak buku sebagai sumber analisa.
• Kuantitatif, cukup dengan mempelajari 2-3 artikel.
Sumber: http://qualitativeresearch.ratcliffs.net
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat ilmiah dan juga sistematis sebagaimana penelitian kuantitatif sekalipun dalam pemilihan sample tidak seketat dan serumit penelitian kuantitatif.
Dalam memilih sample penelitian kualitatif menggunakan teknik non probabilitas, yaitu suatu teknik pengambilan sample yang tidak didasarkan pada rumusan statistik tetapi lebih pada pertimbangan subyektif peneliti dengan didasarkan pada jangkauan dan kedalaman masalah yang ditelitinya.
Lebih lanjut pada penelitian kualitatif tidak ditujukan untuk menarik kesimpulan suatu populasi melainkan untuk mempelajari karakteristik yang diteliti, baik itu orang ataupun kelompok sehingga keberlakukan hasil penelitian tersebut hanya untuk orang atau kelompok yang sedang diteliti tersebut.

Perbedaan Antara Penelitian Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif
Kebutuhan pemahaman yang benar dalam menggunakan pendekatan, metode ataupun teknik untuk melakukan penelitian merupakan hal yang penting agar dapat dicapai hasil yang akurat dan sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah ditentukan sebelumnya. PErbedaan pendekatan kualitatif dan kuantitatif yaitu:

1. Konsep yang berhubungan dengan pendekatan
Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif, lebih lanjut, mementingkan pada proses dibandingkan dengan hasil akhir; oleh karena itu urut-urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan. Tujuan penelitian biasanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat praktis.

Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variable masing-masing. Reliabilitas dan validitas merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil penelitian dan kemampuan replikasi serta generalisasi penggunaan model penelitian sejenis. Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesa dan pengujiannya yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan digunakan. Juga, pendekatan ini lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik bukan makna secara kebahasaan dan kulturalnya.

2. Dasar Teori
Jika kita menggunakan pendekatan kualitatif, maka dasar teori sebagai pijakan ialah adanya interaksi simbolik dari suatu gejala dengan gejala lain yang ditafsir berdasarkan pada budaya yang bersangkutan dengan cara mencari makna semantis universal dari gejala yang sedang diteliti. Pada mulanya teori-teori kualitatif muncul dari penelitian-penelitian antropologi , etnologi, serta aliran fenomenologi dan aliran idealisme. Karena teori-teori ini bersifat umum dan terbuka maka ilmu social lainnya mengadopsi sebagai sarana penelitiannya.
Lain halnya dengan pendekatan kuantitatif, pendekatan ini berpijak pada apa yang disebut dengan fungsionalisme struktural, realisme, positivisme, behaviourisme dan empirisme yang intinya menekankan pada hal-hal yang bersifat kongkrit, uji empiris dan fakta-fakta yang nyata.

3. Tujuan
Tujuan utama penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif ialah mengembangkan pengertian, konsep-konsep, yang pada akhirnya menjadi teori, tahap ini dikenal sebagai “grounded theory research”.
Sebaliknya pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, membangun fakta, menunjukkan hubungan antar variable, memberikan deskripsi statistik, menaksir dan meramalkan hasilnya.

4. Desain
Melihat sifatnya, pendekatan kualitatif desainnya bersifat umum, dan berubah-ubah / berkembang sesuai dengan situasi di lapangan. Kesimpulannya, desain hanya digunakan sebagai asumsi untuk melakukan penelitan, oleh karena itu desain harus bersifat fleksibel dan terbuka.
Lain halnya dengan desain penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, desainnya harus terstruktur, baku, formal dan dirancang sematang mungkin sebelumnya. Desainnya bersifat spesifik dan detil karena desain merupakan suatu rancangan penelitian yang akan dilaksanakan sebenarnya. Oleh karena itu, jika desainnya salah, hasilnya akan menyesatkan. Contoh desain kuantitatif: ex post facto dan desain experimental yang mencakup diantaranya one short case study, one group pretest, posttest design, Solomon four group design dll.nya.

5. Data
Pada pendekatan kualitatif, data bersifat deskriptif, maksudnya data dapat berupa gejala-gejala yang dikategorikan ataupun dalam bentuk lainnya, seperti foto, dokumen, artefak dan catatan-catatan lapangan pada jsaat penelitian dilakukan.
Sebaliknya penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif datanya bersifat kuantitatif / angka-angka statistik ataupun koding-koding yang dapat dikuantifikasi. Data tersebut berbentuk variable-variajbel dan operasionalisasinya dengan skala ukuran tertentu, misalnya skala nominal, ordinal, interval dan ratio.

6. Sampel
Sampel kecil merupakan ciri pendekatan kualitatif karena pada pendekatan kualitatif penekanan pemilihan sample didasarkan pada kualitasnya bukan jumlahnya. Oleh karena itu, ketepatan dalam memilih sample merupakan salah satu kunci keberhasilan utama untuk menghasilkan penelitian yang baik. Sampel juga dipandang sebagai sample teoritis dan tidak representatif
Sedang pada pendekatan kuantitatif, jumlah sample besar, karena aturan statistik mengatakan bahwa semakin sample besar akan semakin merepresentasikan kondisi riil. Karena pada umumnya pendekatan kuantitatif membutuhkan sample yang besar, maka stratafikasi sample diperlukan . Sampel biasanya diseleksi secara random. Dalam melakukan penelitian, bila perlu diadakan kelompok pengontrol untuk pembanding sample yang sedang diteliti. Ciri lain ialah penentuan jenis variable yang akan diteliti, contoh, penentuan variable yang mana yang ditentukan sebagai variable bebas, variable tergantung, varaibel moderat, variable antara, dan varaibel kontrol. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat melakukan pengontrolan terhadap variable pengganggu.

7. Teknik
Jika peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, maka yang bersangkutan kan menggunakan teknik observasi terlibat langsung atau riset partisipatori, seperti yang dilakukan oleh para peneliti bidang antropologi dan etnologi sehingga peneliti terlibat langsung atau berbaur dengan yang diteliti. Dalam praktiknya, peneliti akan melakukan review terhadap berbagai dokumen, foto-foto dan artefak yang ada. Interview yang digunakan ialah interview terbuka, terstruktur atau tidak terstruktur dan tertutup terstruktur atau tidak terstruktur.
Jika pendekatan kuantitatif digunakan maka teknik yang dipakai akan berbentuk observasi terstruktur, survei dengan menggunakan kuesioner, eksperimen dan eksperimen semu. Dalam mencari data, biasanya peneliti menggunakan kuesioner tertulis atau dibacakan. Teknik mengacu pada tujuan penelitian dan jenis data yang diperlukan apakah itu data primer atau sekunder.

8. Hubungan dengan yang diteliti
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti tidak mengambil jarak dengan yang diteliti. Hubungan yang dibangun didasarkan pada saling kepercayaan. Dalam praktiknya, peneliti melakukan hubungan dengan yang diteliti secara intensif. Apabila sample itu manusia, maka yang menjadi responden diperlakukan sebagai partner bukan obyek penelitian.
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif peneliti mengambil jarak dengan yang diteliti. Hubungan ini seperti hubungan antara subyek dan obyek. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan tingkat objektivitas yang tinggi. Pada umumnya penelitiannya berjangka waktu pendek.

9. Analisa Data
Analisa data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan yang tujuan akhirnya menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep dan pembangunan suatu teori baru, contoh dari model analisa kualitatif ialah analisa domain, analisa taksonomi, analisa komponensial, analisa tema kultural, dan analisa komparasi konstan (grounded theory research).
Analisa dalam penelitian kuantitatif bersifat deduktif, uji empiris teori yang dipakai dan dilakukan setelah selesai pengumpulan data secara tuntas dengan menggunakan sarana statistik, seperti korelasi, uji t, analisa varian dan covarian, analisa faktor, regresi linear dll.nya.

Kesimpulan
Kedua pendekatan tersebut masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan. Pendekatan kualitatif banyak memakan waktu, reliabiltasnya dipertanyakan, prosedurnya tidak baku, desainnya tidak terstruktur dan tidak dapat dipakai untuk penelitian yang berskala besar dan pada akhirnya hasil penelitian dapat terkontaminasi dengan subyektifitas peneliti.
Pendekatan kuantitaif memunculkan kesulitan dalam mengontrol variable-variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap proses penelitian baik secara langsung ataupun tidak langsung. Untuk menciptakan validitas yang tinggi juga diperlukan kecermatan dalam proses penentuan sample, pengambilan data dan penentuan alat analisanya.


DAFTAR PUSTAKA

- ___________________, [] . Pengertian Penelitian Kualitatif . Diakses pada 22 Nopember 2008; 00:56. dari http://www.bkn.go.id/sample/BabIIIEVA.html.
- ___________________. []. Mengkaji Skripsi Kualitatif dan Kuantitatif. Diakses pada 22 Nopember 2008; 01:00. dari http://www.infoskripsi.com/Resource/Mengkaji-Skripsi-Kualitatif-dan-Kuantitatif.html
- ___________________. [] .Pendekatan Kwalitatif. Diakses pada 22 Nopember 2008; 01:00. dari http://www.geocities.com/new_palakat/artikel/024.htm
- ___________________. [] . Penelitian / Riset. Diakses pada 22 Nopember 2008; 00:34. dari http://skripsimahasiswa.blogspot.com/2008/10/metode-ilmiah.html.
- Aditya, Teguh. [2008]. Metoda Penelitian Sosial. Diakses pada 21 Nopember 2008, 23:28 dari http://blogs.unpad.ac.id/teguhaditya/script.php/read/pengertian-penelitian/
- Hamid, Abdul. [] . Jenis-jenis Penelitian Ilmiah. Diakses pada 21 Nopember 2008, 23:37 dari http://www.infoskripsi.com/Resource/Jenis-jenis-Penelitian-Ilmiah.html
- Kadiman, Kusmayanto. [2007] . Riset Dasar: Masih Bermanfaat atau Tidak?. Diakses pada 22 Nopember 2008; 00:49. dari http://netsains.com/2007/09/riset-dasar-masih-bermanfaat-atau-tidak/
- Widoyoko, S. Eko Putro. [] . Analisis Kualitatif Dalam Penelitian Sosial. Diakses pada 22 Nopember 2008; 00:55. dari http://www.um-pwr.ac.id/publikasi/13/analisis-kualitatif-dalam-penelitian-sosial

Perbedaan Dasar Antara Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif Oleh: Jonathan Sarwono Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas

Kebutuhan pemahaman yang benar dalam menggunakan pendekatan, metode ataupun teknik untuk melakukan penelitian merupakan hal yang penting agar dapat dicapai hasil yang akurat dan sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah ditentukan sebelumnya. Pendekatan yang mana sebaiknya digunakan dalam penelitian antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif? Tulisan ini akan memberikan ulasan singkat mengenai pengertian dasar dari kedua pendekatan tersebut.



A. Konsep yang berhubungan dengan pendekatan

Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif, lebih lanjut, mementingkan pada proses dibandingkan dengan hasil akhir; oleh karena itu urut-urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan. Tujuan penelitian biasanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat praktis.



Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variable masing-masing. Reliabilitas dan validitas merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil penelitian dan kemampuan replikasi serta generalisasi penggunaan model penelitian sejenis. Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesa dan pengujiannya yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan digunakan. Juga, pendekatan ini lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik bukan makna secara kebahasaan dan kulturalnya.





B. Dasar Teori

Jika kita menggunakan pendekatan kualitatif, maka dasar teori sebagai pijakan ialah adanya interaksi simbolik dari suatu gejala dengan gejala lain yang ditafsir berdasarkan pada budaya yang bersangkutan dengan cara mencari makna semantis universal dari gejala yang sedang diteliti. Pada mulanya teori-teori kualitatif muncul dari penelitian-penelitian antropologi , etnologi, serta aliran fenomenologi dan aliran idealisme. Karena teori-teori ini bersifat umum dan terbuka maka ilmu social lainnya mengadopsi sebagai sarana penelitiannya.



Lain halnya dengan pendekatan kuantitatif, pendekatan ini berpijak pada apa yang disebut dengan fungsionalisme struktural, realisme, positivisme, behaviourisme dan empirisme yang intinya menekankan pada hal-hal yang bersifat kongkrit, uji empiris dan fakta-fakta yang nyata.





C. Tujuan

Tujuan utama penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif ialah mengembangkan pengertian, konsep-konsep, yang pada akhirnya menjadi teori, tahap ini dikenal sebagai “grounded theory research”.



Sebaliknya pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, membangun fakta, menunjukkan hubungan antar variable, memberikan deskripsi statistik, menaksir dan meramalkan hasilnya.





D. Desain

Melihat sifatnya, pendekatan kualitatif desainnya bersifat umum, dan berubah-ubah / berkembang sesuai dengan situasi di lapangan. Kesimpulannya, desain hanya digunakan sebagai asumsi untuk melakukan penelitan, oleh karena itu desain harus bersifat fleksibel dan terbuka.



Lain halnya dengan desain penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, desainnya harus terstruktur, baku, formal dan dirancang sematang mungkin sebelumnya. Desainnya bersifat spesifik dan detil karena desain merupakan suatu rancangan penelitian yang akan dilaksanakan sebenarnya. Oleh karena itu, jika desainnya salah, hasilnya akan menyesatkan. Contoh desain kuantitatif: ex post facto dan desain experimental yang mencakup diantaranya one short case study, one group pretest, posttest design, Solomon four group design dll.nya.



E. Data

Pada pendekatan kualitatif, data bersifat deskriptif, maksudnya data dapat berupa gejala-gejala yang dikategorikan ataupun dalam bentuk lainnya, seperti foto, dokumen, artefak dan catatan-catatan lapangan pada saat penelitian dilakukan.



Sebaliknya penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif datanya bersifat kuantitatif / angka-angka statistik ataupun koding-koding yang dapat dikuantifikasi. Data tersebut berbentuk variable-variabel dan operasionalisasinya dengan skala ukuran tertentu, misalnya skala nominal, ordinal, interval dan ratio.



F. Sampel

Sampel kecil merupakan ciri pendekatan kualitatif karena pada pendekatan kualitatif penekanan pemilihan sample didasarkan pada kualitasnya bukan jumlahnya. Oleh karena itu, ketepatan dalam memilih sample merupakan salah satu kunci keberhasilan utama untuk menghasilkan penelitian yang baik. Sampel juga dipandang sebagai sample teoritis dan tidak representatif



Sedang pada pendekatan kuantitatif, jumlah sample besar, karena aturan statistik mengatakan bahwa semakin sample besar akan semakin merepresentasikan kondisi riil. Karena pada umumnya pendekatan kuantitatif membutuhkan sample yang besar, maka stratafikasi sample diperlukan . Sampel biasanya diseleksi secara random. Dalam melakukan penelitian, bila perlu diadakan kelompok pengontrol untuk pembanding sample yang sedang diteliti. Ciri lain ialah penentuan jenis variable yang akan diteliti, contoh, penentuan variable yang mana yang ditentukan sebagai variable bebas, variable tergantung, varaibel moderat, variable antara, dan varaibel kontrol. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat melakukan pengontrolan terhadap variable pengganggu.



G. Teknik

Jika peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, maka yang bersangkutan kan menggunakan teknik observasi atau dengan melakukan observasi terlibat langsung, seperti yang dilakukan oleh para peneliti bidang antropologi dan etnologi sehingga peneliti terlibat langsung dengan yang diteliti. Dalam praktiknya, peneliti akan melakukan review terhadap berbagai dokumen, foto-foto dan artefak yang ada. Interview yang digunakan ialah interview tertutup.



Jika pendekatan kuantitatif digunakan maka teknik yang dipakai akan berbentuk observasi terstruktur, survei dengan menggunakan kuesioner, eksperimen dan eksperimen semu. Dalam melakukan interview, biasanya diberlakukan interview terstruktur untuk mendapatkan seperangkat data yang dibutuhkan. Teknik mengacu pada tujuan penelitian dan jenis data yang diperlukan.





H. Hubungan dengan yang diteliti

Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti tidak mengambil jarak dengan yang diteliti. Hubungan yang dibangun didasarkan pada saling kepercayaan. Dalam praktiknya, peneliti melakukan hubungan dengan yang diteliti secara intensif. Apabila sample itu manusia, maka yang menjadi responden diperlakukan sebagai partner bukan obyek penelitian.



Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif peneliti mengambil jarak dengan yang diteliti. Hubungan ini seperti hubungan antara subyek dan obyek. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan tingkat objektivitas yang tinggi. Pada umumnya penelitiannya berjangka waktu pendek.



I. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan yang tujuan akhirnya menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep dan pembangunan suatu teori baru, contoh dari model analisa kualitatif ialah analisa domain, analisa taksonomi, analisa komponensial, analisa tema kultural, dan analisa komparasi konstan (grounded theory research).



Analisa dalam penelitian kuantitatif bersifat deduktif, uji empiris teori yang dipakai dan dilakukan setelah selesai pengumpulan data secara tuntas dengan menggunakan sarana statistik, seperti korelasi, uji t, analisa varian dan covarian, analisa faktor, regresi linear dll.nya.

Kesimpulan



Kedua pendekatan tersebut masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan. Pendekatan kualitatif banyak memakan waktu, reliabiltasnya dipertanyakan, prosedurnya tidak baku, desainnya tidak terstruktur dan tidak dapat dipakai untuk penelitian yang berskala besar dan pada akhirnya hasil penelitian dapat terkontaminasi dengan subyektifitas peneliti.



Pendekatan kuantitaif memunculkan kesulitan dalam mengontrol variable-variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap proses penelitian baik secara langsung ataupun tidak langsung. Untuk menciptakan validitas yang tinggi juga diperlukan kecermatan dalam proses penentuan sample, pengambilan data dan penentuan alat analisanya.




Daftar Pustaka



Sarwono, Jonathan. 1995. Penuntun Penelitian Praktis, Bandung: Lembaga

Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Kristen Maranatha

Davis, Duane dan Conseza Robert. 1985.Business Research for Decision

Making. California: Wadsworth Inc.

Suriasumantri, Yuyun. 1990. Filsafat Ilmu. Jakarta: Sinar Harapan

Arikunto, Suharsini. 1992. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Faisal, Singgih. 1990. Penelitian Kualitatif. Malang:YA3

Senin, 14 Desember 2009

Senin, 23 November 2009

KETERAMPILAN PROSES DASAR PADA PEMBELAJARAN IPA

A. Pengertian

Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan- keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan- kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa (DEPDIKBUD, dalam Moedjiono, 1992/ 1993 : 14)

Menurut Semiawan, dkk (Nasution, 2007 : 1.9-1.10) menyatakan bahwa keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan- kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru.

Dimyati dan Mudjiono (Sumantri, 1998/1999: 113) mengungkapkan bahwa pendekatan keterampilan proses bukanlah tindakan instruksional yang berada diluar jangkauan kemampuan peserta didik. Pendekatan ini justru bermaksud mengembangkan kemampuan- kamapuan yang dimiliki peserta didik.

B. Jenis- Jenis Pendekatan Keterampilan Proses Dasar

Khusus untuk keterampilan proses dasar, proses- prosesnya meliputi keterampilan mengobservasi, mengklasifikasi, mengobservasi, mengklasifikasikan, mengukur, mengkomunikasikan, menginferensi, memprediksi, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta mengenal hubungan- hubungan angka.

1. Keterampilan Mengobservasi

Keterampilan mengobservasi menurut Esler dan Esler (1984) adalah keterampilan yang dikembangkan dengan menggunakan semua indera yang kita miliki untuk mengidentifikasi dan memberikan nama sifat- sifat dari objek- objek atau kejadian- kejadian. Definisi serupa disampaikan oleh Abruscato (1988) yang menyatakan bahwa mengobservasi artinya mengunakan segenap panca indera untuk memperoleh imformasi atau data mengenai benda atau kejadian. (Nasution, 2007: 1.8- 1.9)

Kegiatan yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan kegiatan mengobservasi misalnya menjelaskan sifat- sifat yang dimiliki oleh benda- benda, sistem- sistem, dan organisme hidup. Sifat yang dimiliki ini dapat berupa tekstur, warna, bau, bentuk ukuran, dan lain- lain. Contoh yang lebih konkret, seorang guru sering membuka pelajaran dengan menggunakan kalimat tanya seperti apa yang engkau lihat ? atau bagaimana rasa, bau, bentuk, atau tekstur…? Atau mungkin guru menyuruh siswa untuk menjelaskan suatu kejadian secara menyeluruh sebagai pendahuluan dari suatu diskusi.

2. Keterampilan Mengklasifikasi

Keterampilan mengklasifikasi menurut Esler dan Esler merupakan ketermpilan yang dikembangkan melalui latihan- latihan mengkategorikan benda- benda berdasarkan pada (set yang ditetapkan sebelumnya dari ) sifat- sifat benda tersebut. Menurut Abruscato mengkalsifikasi merupakan proses yang digunakan para ilmuan untuk menentukan golongan benda- benda atau kegaitan- kegiatan. (Nasution, 2007 : 1.15)

Bentuk- bentuk yang dapat dilakukan untuk melatih keterampilan ini misalnya memilih bentuk- bentuk kertas, yang berbentuk kubus, gambar- gambar hewan, daun- daun, atau kancing- kancing berdasarkan sifat- sifat benda tersebut. Sistem- sistem klasifikasi berbagai tingkatan dapat dibentuk dari gambar- gambar hewan dan tumbuhan (yang digunting dari majalah) dan menempelkannya pada papan buletin sekolah atau papan panjang di kelas.

Contoh kegiatan yang lain adalah dengan menugaskan siswa untuk membangun skema klasifikasi sederhana dan menggunakannya untuk kalsifikasi organisme- organisme dari carta yang diperlihatkan oleh guru, atau yang ada didalam kelas, atau gambar tumbuh- tumbuhan dan hewan- hewan yang dibawa murid sebagai sumber klasifikasi

3. Keterampilan Mengukur

Keterampilan mengukur menurut Esler dan Esler dapat dikembangkan melalui kegiatan- kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan satuan- satuan yang cocok dari ukuran panjang, luas, isi, waktu, berat, dan sebagainya. Abruscato menyatakan bahwa mengukur adalah suatu cara yang kita lakukan untuk mengukur observasi. Sedangkan menurut Carin, mengukur adalah membuat observasi kuantitatif dengan membandingkannya terhadap standar yang kovensional atau standar non konvensional. (Nasution, 2007 : 1.20)

Keterampilan dalam mengukur memerlukan kemampuan untuk menggunakan alat ukur secara benar dan kemampuan untuk menerapkan cara perhitungan dengan menggunakan alat- alat ukur. Langkah pertama proses mengukur lebih menekankan pada pertimbangan dan pemilihan instrumen (alat) ukur yang tepat untuk digunakan dan menentukan perkiraan sautu objek tertentu sebelum melakukan pengukuran dengan suatu alat ukur untuk mendapatkan ukuran yang tepat.

Untuk melakukan latihan pengukuran, bisa menggunakan alat ukur yang dibuat sendiri atau dikembangkan dari benda- benda yang ada disekitar. Sedangkan pada tahap selanjutnya, menggunakan alat ukur yang telah baku digunakan sebagai alat ukur. Sebagai contoh, dalam pengukuran jarak, bisa menggunakan potongan kayu, benang, ukuran tangan, atau kaki sebagai satuan ukurnya. Sedangkan dalam pengukuran isi, bisa menggunakan biji- bijian atau kancing yang akan dimasukkan untuk mengisi benda yang akan diukur.

Contoh kegiatan mengukur dengan alat ukur standar/ baku adalah siswa memperkirakan dimensi linear dari benda- benda (misalnya yang ada di dalam kelas) dengan menggunkan satuan centi meter (cm), dekameter (dm), atau meter (m). Kemudian siswa dapat menggunakan meteran (alat ukur, mistar atau penggaris) untuk pengukuran benda sebenarnya.

4. Keterampilan Mengkomunikasikan

Menurut Abruscato (Nasution, 2007: 1.44 ) mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau menyampaikan hasil penyelidikan. Menurut Esler dan Esler ((Nasution, 2007: 1.44) dapat dikembangkan dengan menghimpun informasi dari grafik atau gambar yang menjelaskan benda- benda serta kejadain- kejadian secara rinci.

Kegiatan untuk keterampilan ini dapat berupa kegiatan membaut dan menginterpretasi informasi dari grafik, charta, peta, gambar, dan lain- lain. Misalnya siswa mengembangkan keterampilan mengkomunikasikan deskripsi benda- benda dan kejadian tertentu secar rinci. Siswa diminta untuk mengamati dan mendeskrifsikan beberapa jenis hewan- hewan kecil ( seperti ukuran, bentuk, warna, tekstur, dan cara geraknya), kemudain siswa tersebut menjelaskan deskrifsi tentang objek yang diamati didepan kelas.

5. Keterampilan Menginferensi

Keterampilan menginferensi menurut Esler dan Esler dapat dikatakan juga sebagai keterampilan membuat kesimpulan sementara. Menurut Abruscato , menginferensi/ menduga/ menyimpulakan secara sementara adalah adalah menggunakan logika untuk memebuat kesimpulan dari apa yagn di observasi( Nasution, 2007 : 1.49)

Contoh kegiatan untuk mengembangkan keterampilan ini adalah dengan menggunakan suatu benda yang dibungkus sehingga siswa pada mulanya tidak tahu apa benda tersebut. Siswa kemudian mengguncang- guncang bungkusan yang berisi benda itu, kemudian menciumnya dan menduganya apa yang ada di dalam bungkusan ini. Dari kegiatan ini, siswa akan belajar bahwa akan muncul lebih dari satu jenis inferensi yang dibuat untuk menjelaskan suatu hasil observasi. Disamping itu juga belajar bahwa inferensi dapat diperbaiki begitu hasil observasi dibuat.

6. Keterampilan Memprediksi

Memprediksi adalah meramal secara khusus tentangapa yang akan terjadi lpada observasi yang akan datang (Abruscato Nasution, 2007 : 1.55) atau membuat perkiraan kejadian atau keadaan yang akan datang yang diharapkan akan terjadi (Carin, 1992). Keterampilan memprediksi menurut Esler dan Esler adalah keterampilan memperkirakan kejadian yang akan datang berdasarkan dari kejadian- kejadian yang terjadi sekarang, keterampialn menggunakna grafik untuk menyisipkan dan meramalkan terkaan- terkaan atau dugaan- dugaan. (Nasution, 2007 : 1.55)

Jadi dapat dikatakan bahwa memprediksi sebagai menyatakan dugaan beberapa kejadian mendatang atas dasar suatu kejadian yang telah diketahui Contoh kegiatan untuk melatih kegiatan ini adalah memprediksi berapa lama (dalam menit, atau detik) lilin yang menyala akan tetap menyala jika kemudian ditutup dengan toples (dalam berbagai ukuran) yang ditelungkupkan.

7. Keterampilan Mengenal Hubungan Ruang dan Waktu

Keterampilan mengenal hubungan ruang dan waktu menurut Esler dan Esler meliputi keterampilan menjelaskan posisi suatu benda terhadap lainnya atau terhadap waktu atau keterampilan megnubah bentuk dan posisi suatu benda setelah beberapa waktu. Sedangkan menurut Abruscato menggunakan hubungan ruang- waktu merupakan keterampilan proses yan gberkaitan dengan penjelasan- penjelasan hubungan- hubunagn tentang ruang dan waktu beserta perubahan waktu.

Untuk membantu mengembangkan pengertian siswa terhadap hubungan waktu- ruang, seorang guru dapat memberikan pelajaran tentang pengenalan dan persamaan bentuk- bentuk dua dimensi (seperti kubus, prisma, elips). Seorang guru dapat menyuruh sisiwa menjelaskan posisinya terhadap sesuatu, misalnya seorang siswa dapat menyatakan bahwa ia berada ia berada di baridsan ketiga bangku kedua dari kiri gurunya.

8. Keterampilan Mengenal Hubungan Bilangan- bilangan

Keterampilan mengenal hubungan bilangan- bilangan menurut Esler dan Esler meliputi kegaitan menemukan hubungan kuantitatif diantara data dan menggunakan garis biangan untuk membuat operasi aritmatika (matematika). Carin mengemukakan bahwa menggunakan angka adalah mengaplikasikan aturan- aturan atau rumus- ruumus matematik untuk menghitung jumlah atau menentukan hubungan dari pengukuran dasar. Menurut Abruscato, menggunakan bilangan merupakan salah satu kemampuan dasar pada keterampilan proses.( Nasution, 2007: 1.61- 1.62).

Kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan ini adalah menentukan nilai pi dengan mengukur suatu rangkaian silinder, menggunakan garis bilangan untuk operasi penambahan dan perkalian. Latihan- latihan yang mengharuskan siswa untuk mengurutkan dan membandingkan benda- benda atau data berdasarkan faktor numerik membantu untuk mengembangkan keterampilan ini. contoh pertanyaan yang membantu siswa agar mengerti tentang hubungan bilangan antara lain adalah : “ lebih jauh mana benda A jika dibandingkan dengan benda B?” “ Berapa derajat suhu tersebut turun dari – 100 C ke – 200 C ? ”

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan- keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan- kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa (DEPDIKBUD, dalam Moedjiono, 1992/ 1993 : 14)

Keterampilan proses dasar, meliputi keterampilan mengobservasi, mengklasifikasi, mengobservasi, mengklasifikasikan, mengukur, mengkomunikasikan, menginferensi, memprediksi, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta mengenal hubungan- hubungan angka.

B. SARAN

Untuk mengoptimilisasikan proses pembelajaran bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar, terkadang membutuhkan alat peraga atau media pembelajaran yang bersifat modern, seperti audio visual dan alat peraga atau media pembelajaran tersebut terkesan mahal, sehingga semua sekolah dasar tidak mampu memilikinya yang dampaknya akan menghambat daripada proses pembelajaran IPA disekolah dasar.

DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Noehi, dkk.2007. Pendidikan IPA di SD. Jakarta : Universitas Terbuka

Moedjiono dan Moh. Dimyati. 1992/ 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD

Sumantri, Mulyani dan Johar Permana.1998/ 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD

Minggu, 01 November 2009

pplt untad angkt. 3





untad family





Kehilangan
mah, ade mana..?,ade kenapa mah ? " terdengar suara seorang anak usia 8 tahun memecah keheningan ruangan.nampak seorang ibu yg wajahnya begitu kuyu,matanya masih berkaca-kaca.namun tak ada air mata yang keluar.mengelus kepala anak tadi tanpa mengeluarkan sepatah kata.sang ibu yang seakan kehabisan air mata,kehabisan kata-kata,tak mampu menjawab pertanyaan anaknya tadi.

Semuanya begitu cepat terjadi.ketika Ia sedang menyiapkan buat buka puasa keluarganya,musibah itu pun terjadi.gempa yg meluluh lantakkan sebagian rumahnya dan rumah sekitarnya telah merenggut anaknya yg pada saat kejadian tengah bermain di dalam rumah bersama kakaknya yg tadi bertanya.

Sebuah serpihan tembok dari bangunan rumahnya yg nyaris runtuh telah menimpa tepat kepala anaknya yg berumur 5 tahun.betapun paniknya,ia berusaha membawa anaknya yg terluka.namun takdir berkehendak lain.anaknya menghembuskan nafas terakhir dipangkuannya..ia pun menangis sejadi jadinya.

Ingin ia berteriak,menyalahkan takdir,mempertanyakan kepada Tuhan kenapa semua ini terjadi pada dirinya.namun sebentuk kesadaran tiba tiba menyelinap dalam dadanya.Sebuah kesadaran bahwa semua itu tidak terlepas dari rencana Tuhan yg menyayangi umatnya.tidak ada peristiwa tanpa ada hikmah didalamnya..Ia pun segera memohon ampun kepada Tuhan.meski kesedihan itu belumlah reda dalam dadanya,kehilangan yg begitu menyakitkan hatinya ,namun Ia ikhlas anak yg merupakan titipan -NYa ,diambil kembali oleh Sang Penciptanya..

" Mah ade mana ? ,ade kenapa mah? ..kembali terdengar pertanyaan anak sulungnya..kemudian, tanpa menjawab ia dekap kepala anak itu kuat kuat kedalam rengkuhannya.....Ia hanya menangis dalam diam...

Minggu, 30 Agustus 2009

RAANT SHOOP ( BARANG UDAH LAKU)

( 01 AGUSTUS 2009 S/D 31 AGUSTUS 2009)
- 23 PASANG SPATU CATZ TOTAL HARGA RP.4.134.000,-
- 17 PASANG SENDAL TOTAL HARGA RP. 1.022.500,-
- 11 PSG SEPATU CEW + 5 DOMPET TOTAL HARGA RP. 1.557.500,-
- 21 LBR KAOS + 8 LBR TAS TOTAL HARGA RP. 2.663.500,-
GRAND TOTAL RP. 9.377.500,-

RAANT SHOOP PALU

NOTA BARANG MASUK ( 01/08-09)
1 CONV. SLOP HITAM RP.185.000
4 ADIDAS COLOR RP. 235.000
3 NIKE Rp.235.000
1 ALL STAR HITAM TINGGI RP.195.000
1 CONV. ALLSTAR RP.175.000
2 ASSIC REEF RP.175.000
1 ADIDAS CAMPUZ RP.175.000
2 CONV. SERSAN RP.165.000
3 LAKAI RP.195.000
3 ASSIC TIGER RP.175.000
1 FALLEN SKEP RP.205.000
1 OKLEY RP.245.000
1 DC RP.205.000
1 ADIDAS RONERO RP.195.000
1 REEF TINGGI RP.222.000
1 NOBLEMEN RP.300.000
1 OSIRIS RP.205.000
1 EIGNER KULIT RP.600.000
TOTAL RP.6.342.000,

(12/08-09)
6 ALLSTAR CONV. TIGA WARNA RP.200.000
1 ALLSTAR CONV. HIJAU RP.180.000
1 ALLSTAR CONV. UNGU RP.200.000
1 ALL STAR CONV. PUTIH RP.180.000
2 ALLSTAR CONV. SKREP RP. 185.000
1 ALLSTAR CONV. PINK RP. 200.000,-
2 ALLSTAR CONV. KEMBANG RP.180.000
1 ADIDAS COLOR RP. 235.000
1 RIPCURL RP. 240.000
1 PUMA MERAH ABU-ABU RP.200.000
TOTAL RP. 3.665.000,-

(SEPATU CEWEK)( 01/08-09)

2 ST. GARIS COKLAT PUTIH RP.95.000,-
1 ST. PUTIH LUBANG-LUBANG RP.95.000,-
1 ST. RAJUT RP.95.000,-
2 ST JARING COKUN RP.95.000,-
2 ST. ALADIN RP.95.000,-
1 ST. BALLET RP.95.000,-
1 ST. JAHIT RP.95.000,-
1 SH. HIJAU KEMBANG RP.295.00,-
2 SS. UNGU MUDA RP.95.000,-
TOTAL RP. 1.399.000

3 HILLTOP PUTIH RP.95.000.-
1 HILLTOP HITAM RP.95.000.-
1 GRATICA RAJUT RP.95.000.-
1 GRATICA PUTIH KULIT RP.95.000.-
TOTAL RP. 570.000,-



NOTA SENDAL ( RP. 75.000,-)
17 VOLCOM AGGIE KECIL 10 PASANG (RP.20.000)
1 OKLEY AGGIE BESAR 2 PASANG ( RP. 20.000,-)
1 SPIDERBILT HITAM
3 SPIDERBILT BIRU
6 DC ORANGE
8 DC PUTIH
8 QUICK SILVER
7 RIPCURL
13 CONVERSE
TOTAL : 5.040.000,-

NOTA DOMPET
3 DOMPET OKLEY 150.000,-
1 D. BRAUN BUFFEL PENDEK 75.000,-
1 D. BRAUN BUFFEL PANJANG 95.000,-
1 D. LOUIS VUITON PENDEK 125.000,-
1 D. LOUIS VUITON PANJANG 125.000,-
1 D. CHANELL PANJANG 125.000,-
TOTAL RP.995.000,-

NOTA TAS-TAS (RP.125.000)
1 GUCCI KEMBANG
1 LOUIS VOITON PUTIH
2 LOUIS VOITON MERAH BIRU
1 LOUIS VOITON COKLAT
1 CHANELL KREM BESAR
1 CHANEL PUTIHDOMPET
2 CHANEL KOTAK-KOTAK
1 CHANEL COK-PUT
1 CHANELL KREM KECIL
1 TAS POLOS KREM KECIL
1 TAS POLOS KREM BESAR
1 TAS POLOS BIRU
2 D&G COKLAT
TOTAL : RP. 2.000.000,-


NOTA KAOS-KAOS ( RP. 70.000,-)
4 KAOS BIASA
2 KAOS ADIDAS
3 PLANET SURF
1 JUMPER REEBOK ( 170.000)
TOTAL (800.000)

3 KAOS PASANGAN 120.000,-
15 KAOS CEWEK 60.000,-
23 KAOS COWOK 70.000,-
TOTAL : (250.000,-)

Senin, 04 Mei 2009

puisi untuk nya.... by luke'

awan berjalan
berarakan
bertemu bersalaman
bersua berciuman
berpisah bertangisan
gerimis berjatuahn
awan pun menghitam
duka teracuni lara
namun tak henti berjalan
bertemu burung berkicauan
bertemu baja menderu
hanya diam dan terus bergerak
tanpa menoleh lagi

Jumat, 20 Maret 2009

judul proposal (editing)

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA
KELAS VIIE SMPN 9 PALU
A. Latar Belakang Masalah
Banyak siswa yang menganggap belajar adalah aktivitas yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian dan pikiran pada suatu pokok bahasan, baik yang sedang disampaikan guru maupun yang sedang dihadapi di meja belajar. Kegiatan ini hampir selalu dirasakan sebagai beban daripada upaya aktif untuk memperdalam ilmu. Menurunnya gairah belajar, selain disebabkan oleh ketidaktepatan metodologis, juga berakar pada paradigma pendidikan konvensional yang selalu menggunakan metode pengajaran klasikal dan ceramah, tanpa pernah diselingi berbagai metode yang menantang untuk berusaha. Termasuk adanya penyekat ruang struktural yang begitu tinggi antara guru dan siswa.

Bertolak dari permasalahan di atas, guru perlu memberikan respon positif secara konkret dan objektif yaitu berupa upaya untuk membangkitkan partisipasi siswa, baik dalam bentuk kontributif maupun inisiatif. Bentuk partisipasi kontributif dan inisiatif ini akan mampu membentuk siswa untuk selalu aktif dan kreatif sehingga mereka sadar bahwa ilmu itu hanya bisa diperoleh melalui usaha keras sekaligus menyadari makna dan arti penting belajar.
Masalah utama dalam proses pembelajaran adalah “Bagaimana guru mengajarkan bahan-bahan kajian sehingga peserta didik memperoleh pemahaman?”. Mendesain suatu mata pelajaran disekolah untuk keperluan proses pembelajaran, tentu bukanlah pekerjaan yang sederhana. Untuk menghasilkan desain pembelajaran, seorang guru harus menguasai materi (content) dan metode pembelajaran (teaching method). Upaya yang dilakukan dalam membuat desain pembelajaran pada kesempatan ini tidak lepas dari keinginan untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar, baik dari segi proses maupun hasilnya. Desain pembelajaran yang dimaksud juga mengacu pada pandangan konstruktivisme yang menjadi dasar teori perkembangan intelektual Piaget, yakni bahwa belajar merupakan proses pengaturan sendiri (self regulation) yang dilakukan oleh seseorang dalam mengatasi konflik kognitif.
Berdasarkan data hasil observasi yang dilaksanakan pada siswa kelas VIIE SMPN 9 Palu sebagai berikut. Pertama, selama proses belajar mengajar berlangsung, siswa cenderung diam, tidak bertanya dan tidak menjawab pertanyaan-pertanyan yang diajukan guru, sehingga belum menunjukkan kelancaran siswa mengemukakan gagasan. Kedua, saat praktikum siswa cenderung main-main, tidak terfokus pada pengambilan data serta tidak mau memikirkan jawaban pertanyaan-pertanyaan pada analisis data hasil praktikum, sehingga keaslian siswa membuat tanggapan belum dapat diidentifikasi. Ketiga, siswa cenderung menghafalkan satu jawaban yang benar, dan kemampuan siswa maupun guru dalam mencari alternatif jawaban dari masalah masih kurang, sehingga belum tampak keluwesan siswa memikirkan alternatif jawaban yang bervariasi. Keempat, siswa kesulitan memahami konsep-konsep fisika serta kaitannya dengan permasalahan dalam penerapan konsep di kehidupan sehari-hari. Menurut para siswa bahwa pembelajaran fisika yang mereka terima dari guru sama seperti mata pelajaran yang lainnya sehingga hal tersebut membosankan.Hal tersebut mengindikasikan bahwa keterampilan dan kreatifitas siswa dalam mengemukakan gagasan masih rendah.
Berdasarkan informasi dari guru mata pelajaran fisika kelas VIIE SMP, bahwa pertama, guru telah mengajar menggunakan berbagai metode pembelajaran diantaranya investigasi kelompok dan metode ceramah serta menggunakan charta pembelajaran.. Kedua, guru sedang dalam proses menggunakan modul. Kegiatan yang terancang dalam modul belum melibatkan siswa secara aktif dan belum ada pertanyaan-pertanyaan aplikasi konsep. Ketiga, siswa belum dapat melakukan praktikum dengan baik. Keempat, kemampuan kognitif siswa kelas VIIE masih rendah.
Berikut daftar Nilai rata-rata hasisl belajar fisika Kelas VII SMPN 9 Palu dan data keterampilan proses sains kelas VIIE SMPN 9 Palu :

Tabel 1. Daftar Populasi dan nilai rata-rata hasil belajar fisika
Kelas Jumlah siswa Nilai rata-rata Kelas Jumlah siswa Nilai rata-rata
VII A 35 6,2 VII D 31 6,0
VII B 31 6,2 VII E 32 5,5
VII C 33 5,8 VII F 37 5,6


Tabel 2. Daftar Nilai rata-rata Keterampilan Proses Sains
Kelas VII E SMPN 9 Palu

No Aspek yang diamati Penilaian
Skor Kriteria
1. Keterampilan Pengamatan (observasi) 52 cukup
2. Keterampilan Mengklasifikasi 59 Cukup
3. Keterampilan menafsirkan (interpretasi) 60 Baik
4. Keterampilan meramalkan (Prediksi) 59 Cukup
5. Keterampilan menerapkan Konsep 58 Cukup
6. Keterampilan merencanakan penelitian 52 Cukup
7. Keterampilan mengkomunikasikan 64 Baik


Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Siklus Belajar untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep siswa kelas VIIE SMPN 9 Palu”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini ádalah “apakah penerapan model Siklus Belajar dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep físika pada siswa Kelas VIIE di SMPN 9 Palu ?”

C. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep Fisika siswa Kelas VIIE SMPN 9 Palu.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi siswa, Membantu siswa untuk dapat membangun sendiri pengetahuannya sehingga dapat meningkatkan keterampilan proses sains yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajarnya.
2. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih dan mengembangkan model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar.
3. Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih dan mengembangkan model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar dan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar físika.


E. KAJIAN PUSTAKA
E.1. Model Siklus Belajar
Model Siklus Belajar merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada teori piaget dan teori pembelajaran kognitif serta aplikasi teori kontruktivisme. Model ini dikembangkan oleh Robert Korplus dalam rangka perbaikan kurikulum sains pada tahun 1970-1974, dengan menggunakan fase eksploration , explanation dan discovery kemudian menggunakan istilah yang berbeda-beda untuk fase-fase tersebut Lorsbch dalam Vitri (2008: 20).Metode siklus belajar terdiri atas :

1. Fase Pendahuluan
Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk mendapatkan perhatian siswa, mendorong kemampuan berpikir, membantu mereka mengakses pengetahuan awal yang telah dimilikinya. Timbulnya rasa ingin tahu siswa tentang tema atau topik yang akan dipelajari dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa tentang fakta/fenomena yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.
2. Fase Eksplorasi
Pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk bekerja baik secara mandiri maupun kelompok tanpa instruksi secara langsung dari guru. Siswa bekerja memanipulasi suatu objek, melakukan percobaan (secara ilmiah), melakukan pengamatan, mengumpulkan data, sampai pada membuat suatu kesimpulan dari percobaan yang dilakukan.
Guru sebagai fasilitator membantu siswa agar bekerja pada ruang lingkup permasalahan (hipotesis yang dibuat sebelumnya). Sesuai dengan teori Piaget, kegiatan eksplorasi siswa diharapkan mengalami ketakseimbangan kognitif .
3. Fase Penjelasan
Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk melengkapi, menyempurnakan, dan mengembangkan konsep yang diperoleh siswa. Guru menjelaskan konsep yang dipahaminya dengan kata-katanya sendiri, menunjukkan contoh-contoh yang berhubungan dengan konsep untuk melengkapi penjelasannya, serta bisa memperkenalkan istilah-istilah baru yang belum diketahui siswa. Pada kegiatan yang berhubungan dengan percobaan, guru dapat memperdalam hubungan antar variable atau kesimpulan yang diperoleh siswa. Sehingga, siswa dapat meningkatkan pemahaman konsep yang baru diperolehnya.
4. Fase Penerapan Konsep
Kegiatan belajar ini mengarahkan siswa menerapkan konsep-konsep yang telah dipahami dan keterampilan yang dimiliki pada situasi baru. Kegiatan fase ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang telah mereka ketahui, sehingga siswa dapat melakukan akomodasi melalui hubungan antar konsep dan pemahaman siswa menjadi lebih mantap.
5. Fase Evaluasi
Ada dua hal ingin diketahui pada kegiatan belajar ini yaitu pengalaman belajar yang telah diperoleh siswa dan refleksi untuk melakukan siklus lebih lanjut yaitu untuk pembelajaran pada konsep berikutnya.




Tabel.3. Model siklus Belajar (diadaptasi dari Meyer.1998)
Indikator Tahap siklus belajar
Eksplorasi Pengenalan Konsep Aplikasi
Guru Mengidentifiksi Konsep yang akan diajarkan. Guru berposisi sebagai fasilitator Membantu siswa mengembangkan konsep yang diperoleh melalui eksplorasi. Membimbing siswa pada pemahaman konsep baru yang bermakna .Cara yang dapat dilakukan yakni dengan megembangkan strategi bertanya Mendukung siswa untuk menguji kemampuannya dalam menerapkan konsep pada situasi baru.Guru berposisi sebagai mentor.
Siswa Memulai mengenal materi baru atau fenomena baru dengan bimbingan minimal, dimana fenomena yang disajikan menantang struktur mental siswa Mencoba memahami konsep baru dan berdiskusi dalam hal yang berkaitan dengan fenomena pada tahap eksplorasi Mempeoleh penguatan pada perkembangan struktur mental yang baru.

F.2. Komponen Keterampilan Proses Sains
Keterampilan Proses adalah keterampilan yang diperolah dari latihan kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan –kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan yang mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama kelamaanakan menjadisuatu keterampilan, sedangkan tujuan pengajaran sains sebagai proses adalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa, sehingga siswa bukan hanya mampu mampu dan terampil psikomotorik, melainkan dapat mengemukakan ide bahwa memahami sains sebagian bergantung pada kemampuan memandang dan bergaul dengan alam menurut cara-cara yang diperbuat ilmuwan (Conny Setiawan, 1987: 15).
Berikut ini akan diuraikan mengenai pengertian dari setiap kemampuan beserta kata-kata operasional dari masing-masing keterampilan :
1. Mengamati; yaitu keterampilan mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan dengan indera. Kata kerja operasional : melihat, mendengar, merasa,meraba, mengecap, menyimak, mengukur, membaca.
2. Mengklasifikasi; yaitu keterampilan menggolongkan benda, kenyataan, konsep, nilai, atau kepentingan tertentu. Untuk membuat penggolongan, perlu ditinjau persamaan dan perbedaan antara benda, kenyataan, atau konsep sebagai dasar penggolongan.Kata kerja Operasional : mencari persamaan, membadakan, membandingkan, mengontraskan, mencari dasar penggolongan.
3. Menafsirkan (menginterprtasi); yaitu keterampilan proses menafsirkan sesuatu benda, kenyataan, peristiwa, konsep, atau informasi yang telah dikumpul melalui pengamatan, perhitungan, penelitian, atau eksperimen. Kata kerja operasional : Menaksir, Memberi arti, mengartikan, memposisikan, mencari hubungan ruang waktu, menentukan pola, menarik kesimpulan, mengeralisasikan.
4. Meramalkan (memprediksi); yaitu mengantisipasi atau menyimpulkan suatu atau hubungan antar data atau informasi.
5. Menerapkan; yaitu menggunakan hasil belajar berupa informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori, keterampilan.Melalui penerapan, hasil belajar dapat dimanfaatkan, diperkuat, dikembangkan, atau dihayati.
Kata kerja operasional : Menggunakan (informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori, keterampilan dalam situiasi), menghitung ,menentukan variable, menegndalikan variable, menghubungkan konsep, pertanyaan penelitian, menyusun hipotesis, membuat modul.
6. Merencanakan penelitian; yaitu keterampilan yang amat penting karena menentukan berhasil tidaknya penelitian. Keterampilan ini perlu dilatih, karena selama ini pada umumnya kurang diperhatikan dan kurang terbina. Pada tahap ini ditentukan masalah atau objek yang akan diteliti, tujuan, dan ruang lingkup penelitian, sumber data tau informasi, cara analisis, alat dan bahan atau sumber kepustakaan yang diperlukan. Jumlah orang yang terlibat, langkah-langkah pengumpulan data pengolahan data atau informasi, serta tata cara melakukan penelitian.Kata kerja operasional : menentukan masalah atau objek yang akan diteliti, menentukan tujuan penelitian, menentukan ruang lingkup penelitian, menentukan sumber data, menentukan alat, bahan dan sumber kepustakaan, cara penelitian.
7. Mengkomunikasikan; menyampaikan perolehan atau hasil belajar kepada orang lain dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan, atau penampilan.

Muhammad Nur (1995:8) mengemukakan :
”Dalam menerapkan pendekatan keterampilan proses untuk pembelajaran, guru harus terlebih dahulu melakukan persiapan, berupa: Mengkaji tujuan dan materi pembelajaran yang hendak disampaikan; Memilih metode yang sesuai dengan karakteristik materi dan kondisi sekolah; Merancang perangkat pembelajaran dengan menggunakan LKS atau perangkat lainnya yang didalamnya memiliki komponen-komponen keterampilasn proses IPA yang hendak dilatihkan.”
Piaget dalam Djernih (2004 :12) menyatakan bahwa :
”Manusia tumbuh, beradaptasi dan berubah melalui perkembangan fisik, perkembangan kepribadian , perkembangan sosio emosional, dan perkembangan kognitif. Dalam pandangan piegat bahwa pengetahuan itu datang dari tindakan dan perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif berinteraksidengan lingkungannya.”
Selanjutnya Piaget dalam Muhammad Nur (1995:1) menyatakan bahwa implikasi proses pembelajaran seorang guru Perlu: memusatkan perhatian kepada proses mental anak dan tidak sekedar hasilnya; mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif pembelajaran, namun tetap memaklumi adanya perbedaan individu dalam hal kemajuan perkembangan belajar.”
F.3. Penguasaan Konsep
Konsep dapat didefenisikan sebagai pola unsur bersama diantara anggota kumpulan atau rangkaian. Hakikatnya suatu konsep tidak terdapat didalam masing-masing anggota, tetap didalam unsur atau sifat yang terdapat pada semua anggota. Selama konsep terus menerus dan m,enginterpestasikan stimusus otak manusiatidak henti-hentinya mengabstraksi, membantu dan membandingkan pola. Hal ini dikerjakan secara otomatis yang menyebabkan manusia mempelajari konsep dan dapat menggunakan secara intuitif. Namun sering dijumpai kesulitan dalam memberikan deskripsi verbal yang memadai mengenai proses atau kriteria yang kita gunakan dalam pembentukan konsep.
Berbicara tentang konsep fisika, banyak ahli yang mendefinisikan tentang konsep. Salah satu diantaranya adalah Purwanto (1997:85) dalam bukunya pedoman Guru, menyatakan bahwa :
”Konsep itu adalah suatu ide/gagasan yang digeneralisasikan dari pengalaman-pengalaman tertentu dan relevan. Selanjutnya ia menyatakan bahwa konsep dibedakan atas tiga sifat , yaitu klasifikasi,korelasional dan teoritis. Menurut tingkatannya dibedakan atas dua, yaitu konsep konkrit dan konsep abstrak.”
Konsep konkrit adalah konsep yang terbentuk karena pengalaman langsung melalui panca indra, misalnya cara melakukan pengukuran tentang besarnya gaya beserta data-data yang diperoleh dari hasil pengukuran,dll. Sedangkan konsep abstrak adalah konsep yang berkembang dari konsep konkrit melalui suatu analisis dan sintesa.
Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, maka secara sederhana dapat dikemukakan bahwa meningkatkan penguasaan konsep berarti suatu upaya yang dilakukan seorang (guru ) dalam penyajian materi pelajaran kepada siswa agar mereka menguasai deangan benar tentang materi tersebut, dan dengan upaya tersebut para siswa mampu mengungkapkan ide atau gagasannya tentang peristiwa tersebut.
Beberapa langkah-langkah petunjuk yang harus diperhatikan oleh guru dalam mengerjakan bahan pelajaran yang sifatnya penguasaan konsep antara lain :
1. Renungkanlah arah, orientasi, dan aplikasi konsep yang harus dipelajari.
2. Tinjau kembali unsur pra syarat konsep yang hendak dipelajari.
3. Sajikan stimulus sederhana yang tepat dari unsur-unsur yang ada dalam konsep sehingga unsur –unsur pola atau hubungan bersama dapat diketahui.
4. Definisi dan asosiasi nama konsep.
5. Perluas asosiasi melalui berbagai contoh dan aplikasi.
6. Pertajam kemampuan membedakan dengan menggunakan lebih cepat contoh yang realistis. Dalam beberapa kasus contoh-contoh realistis berguna untuk mempertajam kemampuan.
7. Berilah latihan dan penguasaan peninjauan kembali.
8. Uji kemampuan melalui contoh konsep, mendefinisikan konsep dan menampilkan konsep.


G. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan uraian-uraian yang dikemukakan diatas, maka dalam penelitian tindakan kelas ini diajukan hipotesis sebagai berikut :
Dengan menerapkan metode siklus belajar dapat meningkatkan keterampilan proses sain dan pemahaman konsep fisika.

H.METODE PENELITIAN
H.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Tujuan diadakan penelitian tindakan kelas adalah untuk mendapatkan solusi dari permasalahan spesifik di kelas dan untuk mengujicobakan hal-hal baru dalam pembelajaran (Sugiyanto, 2005:56). Penelitian dimulai dengan perencanaan yang meliputi model siklus belajar, dan penyusunan instrumen penelitian. Pelaksanaan penelitian berupa kegiatan pembelajaran yang mengimplementasikan model siklus belajar di kelas VII E SMPN 9 Palu, observasi lapangan, dan diskusi. Selesai proses belajar mengajar diadakan refleksi dengan guru mata pelajaran guna mengevaluasi yang terkait dengan pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga diharapkan terjadi perbaikan tindakan (replanning).
Penelitian ini akan dilaksanakan selama dua siklus. Sebelum siklus I dilaksanakan, peneliti melakukan observasi awal dan wawancara dengan guru mata pelajaran Fisika untuk mengetahui masalah yang terdapat di kelas VII E SMPN 9 Palu. Pembelajaran yang dilakukan adalah implementasi model siklus belajar yang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses sain dan pemahaman konsep fisika.
Model penelitian ini akan mengacu pada modifikasi diagram yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc.Taggart (dalam Djernih.,2004:20), seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. Tiap siklus dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: 1) Refleksi awal, 2) Rencana tindakan, 3) Rencana tindakan, 4) Observasi, 5) refleksi. Adapun alur pelaksanaan tindakan yang dimaksud selanjutnya pada Gambar 1.






.



Gambar 1.Diagram Alur Desain Penelitian Model Kemmis dan Mc Taggar

H.2. Subjek dan Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian ini akan dilakukan dengan subyek penelitian adalah siswa kelas VIIE SMPN 9 Palu .
Pengumpulan data akan dilakukan dengan menggunakan instrumen yang telah disusun sebelumnya, yaitu skenario pembelajaran, media pembelajaran, dan pedoman observasi tahapan pembelajaran. Skenario pembelajaran digunakan oleh guru sebagai landasan pelaksanaan pembelajaran. Pedoman observasi tahapan pembelajaran digunakan pada saat pembelajaran berlangsung. Tes diberikan sebelum dan sesudah pembelajaran. Selain itu juga akan digunakan lembar observasi, catatan lapangan dan rekaman data serta wawancara yang tak berstruktur untuk mengetahui kondisi siswa, kondisi pembelajaran serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi nanti selama proses pembelajaran berlangsung.
H.3 Jenis dan Sumber Data
H..3.1. Jenis Data
Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif.
a. Data kualiltatif adalah data yang diperoleh dari siswa berupa data hasil observasi dan hasil wawancara, serta kegiatan guru atau peneliti dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dari tes hasil belajar siswa.
H.3.2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa.
a. Guru; data yang diperoleh dari hasil observasi saat proses pembelajaran berlangsung
b. Siswa; data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan tes.

H.4. Tekhnik Analisa Data
H.4.1 Analisa Data Kualitatif
Analisa data dalam penelitian ini dilakukan sesudah pengumpulan data. Adapun tahap-tahap kegiatan analisis data kualitatif adalah: 1). Mereduksi data, 2). Menyajikan data, dan 3). Verifikasi data/penyimpulan.
1. Mereduksi Data
Kegiatan mereduksi data merupakan bagian dari analisis yang digunakan untuk menajamkan informasi, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi sedemikian rupa sehingga akhirnya dapat ditarik kesimpulan.
2. Menyajikan Data
Menyajikan data dilakukan dengan menyusun data secara sederhana ke dalam tabel serta menyusun uraian secara naratif. Naratif artinya yang diperoleh dari hasil reduksi dibuat dalam bentuk tabel dan diberi nama kualitatif. Sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.
3. Penyimpulan/Verifikasi
Penyimpulan ialah proses penampilan intisari dari sajian yang telah terorganisir tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat atau informasi yang singkat dan jelas.

G.4.2 Analisa Data Kuantitatif
1. Daya Serap Individu
Analisa data untuk mengetahui daya serap masing-masing siswa digunakan rumus sebagai berikut :


Dengan : X = Skor yang diperoleh siswa
Y = Skor maksimal soal
DSI = Daya serap individu
Suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara individu jika persentase daya serap individu sekurang-kurangnya 65 % (Depdiknas, 2004: 37).
2. Ketuntasan Belajar Klasikal
Analisa data untuk mengetahui ketuntasan belajar seluruh siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut :


Dengan : = Banyaknya siswa yang tuntas
= Banyaknya siswa seluruhnya
KBK = Ketuntasan belajar klasikal
Suatu kelas dikatakan tuntas belajar klasikal jika rata-rata 85 % siswa telah tuntas secara individual (Depdiknas, 2004: 37).

3. Daya Serap klasikal
Analisa data yang digunakan untuk mengetahui daya serap klasikal atau daya serap seluruh sampel penelitian digunakan rumus sebagai berikut :


Dengan : = Skor total persentase
= Skor ideal seluruh siswa
DSK = Daya serap klasikal
H. INDIKATOR KINERJA
Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini adalah bila keterampilan proses sains dapat direduksi dengan pencapaian presentase daya serap siswa yang memiliki keterampilan proses sains dan penguasaan konsep rendah minimal 65 % dan dikatakan berhasil jika mencapai 85 %.(Depdiknas, 2004: 37).









DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud, 1993.Petunjuk Pelaksanaan PBM Fisika Kurikulum 1994.Depdikbud.Jakarta.

Depdiknas. 2001. Penerapan Model Kontruktivisme pada Pembelajaran IPA. Jakarta: Direktorat Pendidikan Nasional.

Depdiknas. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Djernih, 2004. Penerapan Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Proses Sains Dalam meningkatkan Pemahaman Konsep Gaya dan Tekanan Siswa Kelas IA SLTPN 16 Palu. Skripsi tidak dipublikasikan.

Muhammad nur, 1995. Materi Pelatihan (TOT) Guru Mata Pelajaran Fiska.Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Depdikbud, Jakarta










LEMBAR OBSERVASI GURU
Materi : Kalor dan Perpindahan
Hari/tanggal :
Petunjuk !
Isilah kolom dibawah ini dengan pedoman penilaian berikut :
4 : Jika semua deskripsi muncul
3 : Jika tiga (3) deskripsi muncul
2 : Jika hanya ada dua (2) deskripsi muncul
1 : Jika hanya satu (1) deskripsi muncul
Tahap Indikator yang diamati Deskriptor skala
1 2 3 4
Awal Membagi kelompok • Membagi siswa kedalam kelompok keci
• Meminta siswa duduk sesuai kelompoknya masing-masing
• Meminta siswa melakukan kerjasama yang baik dalam kelompok
• Meminta siswa untuk memperhatikan penjelasan guru.
Memberikan motivasi • Memberikan informasi tentang pentingnya materi yang akan diajarkan
• Mendorong siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran
• Membimbing siswa bertanya atau mengajukan pendapat
Menyampaikan indicator pembelajaran • Disampaikan diawal pembelajaran
• Indikator sesuai dengan materi yang akan diajarkan
• Indicator sesuai dengan kegiatan siswa
• Menyampaikan indicator dapat dimengerti oleh siswa
Inti Fase1 Eksplorasi • Masalah diberikan sesuai dengan materiyang akan diajarkan
• Masalah yang diberikan jelas dan mudah dipahami
• Masalah yang diberikan memancing siswa untuk memberikan hipotesis
• Membimbing siswa menuliskan jawaban sementara kedalam LKS
Membimbing siswa melakukan eksperimen • Meminta masing-masing kelompok siswa untuk menyusun peralatan sesuai LKS
• Membimbing siswa dalam melakukan percobaan
• Membimbing siswa dalam pengambilan data
• Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
Fase2 Pengenalan konsep
Memberikan tambahan penjelasan tentang konsep yang dipelajari • Penjelasan yang diberikan mudah dipahami siswa
• Penjelasan yang diberikan sesuai konsep
• Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya
• Menjawab pertanyaan siswa dengan jelas dan mudah dimengerti
Membimbing siswa menuliskan jawaban kedalam LKS bagian pengenalan konsep. • Siswa memahami pertanyaan yang diberikan
• Pertanyaannya sesuai dengan materi yang diajarkan
• Pertanyaannya sesuai dengan konsep
• Meminta siswa menuliskan jawaban kedalam LKS

Fase3 aplikasi
konsep

• Masalah yang diberikan berkaitan dengan materi yang akan diajarkan
• Masalah yang diajarkan mudah dipahami
• Membimbing siswa yang belum memahami permasalahan
• Meminta siswa mengajukan jawaban sementara dari permasalahn tersebut
Akhir Menyimpulkan materi pelajaran • Meminta salah seorang siswa untuk menyimpulkan mata pelajaran
• Kesimpulan jelas dan mudah dipahami
• Kesimpulan sesuai dengan tujuan pembelajaran
• Meminta siswa menuliskan kesimpulan akhir dari materi yang dipelajari
Presentase nilai Rata-rata (NR) = ( Jumlah Skor / Skor maksimal ) x 100 %
Kriteria taraf keberhasilan tindakan :
90 % < NR < 100 % : sangat Baik
80 % < NR < 90 % : Baik
70% < NR < 80 % : cukup
60 % < NR < 70% : Kurang
0 % < NR < 60 % : Sangat kurang
Palu,………….
Observer










USULAN PENELITIAN



PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN
PENGUASAAN KONSEP FISIKA
KELAS VIIE SMPN 9 PALU




Proposal



Oleh :

LUKMAN ABDUL KARIM
A. 241 05 042









FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
UNIVERSITAS TADULAKO
MARET 2009