anniversary

Doa seorang ibu sungguh mustajab. Balk doa kebaikan ataupun doa buruk. Rosululloh pernah menyampaikan suatu kisah menarik berkaitan dengan doa ibu. 5uatu kisah nyata yang terjadi pada masa sebelum Rosululloh yang patut diambil sebagai ibroh bagi orang-orang yang beriman. Dahulu, ada tiga orang bayi yang bisa berbicara. Salah satunya adalah seorang bayi yang hidup pada masa Juraij. Juraij adalah seorang ahli ibadah, dia memiliki sebuah tempat ibadah yang sekaligus jadi tempat tinggalnya. Suatu ketika Juraij sedang melaksanakan sholat, tiba-tiba ibunya datang memanggilnya: "Wahai Juraij". Dalam hatinya, Juraij bergumam: "Wahai Robbku, apakah yang harus aku dahulukan... meneruskan sholatku ataukah memenuhi panggilan ibuku?!". Dalam kebimbangan, dia tetap meneruskan sholatnya. Akhirnya sang ibu pulang. Esok harinya, sang ibu datang lagi dan memanggil: "Wahai Juraij!". Juraij yang saat itu pun sedang sholat bergumam dalam hatinya: "Wahai Robbku, apakah aku harus meneruskan sholatku... Ataukah (memenuhi) panggilan ibuku?l". Tetapi dia tetap meneruskan sholatnya. Sang ibu kembali pulang untuk-kedua kalinya. Ketiga kalinya, ibunya datang lagi seraya memanggil: "Wahai Juraij!". Lagi-lagi Juraij sedang menjalankan sholat. Dalam hatinya, ia bergumam: "Wahai Robbku, haruskah aku memilih meneruskan sholatku ataukah memenuhi panggilan ibuku?I". Tetapi dia tetap meneruskan sholatnya. Akhirnya, dengan kecewa setelah tiga kali panggilannya tidak mendapat sahutan Bari anaknya, sang ibu berdoa: "Ya Alloh,janganlah engkau matikan Juraij hingga dia melihat wajah wanita pelacur". Orang-orang Dani Israil (ketika itu) sering menyebut-nyebut mama Juraij serta ketekunan ibadahnya, sehingga ada seorang wanita pelacur berparas cantik jelita mengatakan: Jika kalian mau, aku akan menggodanya (Juraij). Wanita pelacur itupun kemudian merayu dan mengwarkan diri kepada Juraij. Tetapi sedikitpun Juraij tak memperdulikannya. Namun apa yang kemudian dilakukan oleh wanita itu? Ia mendatangi seseorang yang tengah menggembala di sekitar tempat ibadah Juraij. Lalu demi terlaksananya tipu muslihat, wanitu itu kemudian merayunya. Maka terjadilah perzinaan antara dia dengan penggembala itu. Hingga akhirnya wanita itu hamil. Dan manakala bayinya telah lahir, dia membuat pengakuan palsu dengan berkata kepada orang-orang: "Bayi ini adalah anak Juraij." Mendengar hal itu, masyarakat percaya dan beramai-ramai mendatangi tempat ibadah Juraij, memaksanya turun, merusak tempat ibadahnya dan memukulinya. Juraij yang tidak tahu masalahnya bertanya dengan heran: "Ada apa dengan kalian?". "Kamu telah berzina dengan wanita pelacur lalu dia sekarang melahirkan anakmu", jawab mereka. Maka, tahulah Juraij bahwa ini adalah makar wanita Iacur itu. Lantas bertanya: "Dimana bayinya?". Merekapun membawa bayinya. Juraij berkata: "Biarkan saya melakukan sholat dulu", kemudian dia berdiri sholat. 5eusai menunaikan sholat, dia menghampiri si bayi lalu mencubit perutnya seraya bertanya: "Wahai bayi, siapakah ayahmu?" Si bayi menjawab: "Ayahku adalah si fulan, seorang penggembala". Akhirnya, masyarakat bergegas menghampiri Juraij, mencium dan mengusapnya. Mereka minta maaf can berkata: "Kami akan membangun tempat ibadahmu dari emas". Juraij mengatakan: "Tidak, bangun saja seperti semula yaitu dari tanah Hat". Lalu merekapun mengerjakannya.

Jumat, 20 Maret 2009

judul proposal (editing)

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA
KELAS VIIE SMPN 9 PALU
A. Latar Belakang Masalah
Banyak siswa yang menganggap belajar adalah aktivitas yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian dan pikiran pada suatu pokok bahasan, baik yang sedang disampaikan guru maupun yang sedang dihadapi di meja belajar. Kegiatan ini hampir selalu dirasakan sebagai beban daripada upaya aktif untuk memperdalam ilmu. Menurunnya gairah belajar, selain disebabkan oleh ketidaktepatan metodologis, juga berakar pada paradigma pendidikan konvensional yang selalu menggunakan metode pengajaran klasikal dan ceramah, tanpa pernah diselingi berbagai metode yang menantang untuk berusaha. Termasuk adanya penyekat ruang struktural yang begitu tinggi antara guru dan siswa.

Bertolak dari permasalahan di atas, guru perlu memberikan respon positif secara konkret dan objektif yaitu berupa upaya untuk membangkitkan partisipasi siswa, baik dalam bentuk kontributif maupun inisiatif. Bentuk partisipasi kontributif dan inisiatif ini akan mampu membentuk siswa untuk selalu aktif dan kreatif sehingga mereka sadar bahwa ilmu itu hanya bisa diperoleh melalui usaha keras sekaligus menyadari makna dan arti penting belajar.
Masalah utama dalam proses pembelajaran adalah “Bagaimana guru mengajarkan bahan-bahan kajian sehingga peserta didik memperoleh pemahaman?”. Mendesain suatu mata pelajaran disekolah untuk keperluan proses pembelajaran, tentu bukanlah pekerjaan yang sederhana. Untuk menghasilkan desain pembelajaran, seorang guru harus menguasai materi (content) dan metode pembelajaran (teaching method). Upaya yang dilakukan dalam membuat desain pembelajaran pada kesempatan ini tidak lepas dari keinginan untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar, baik dari segi proses maupun hasilnya. Desain pembelajaran yang dimaksud juga mengacu pada pandangan konstruktivisme yang menjadi dasar teori perkembangan intelektual Piaget, yakni bahwa belajar merupakan proses pengaturan sendiri (self regulation) yang dilakukan oleh seseorang dalam mengatasi konflik kognitif.
Berdasarkan data hasil observasi yang dilaksanakan pada siswa kelas VIIE SMPN 9 Palu sebagai berikut. Pertama, selama proses belajar mengajar berlangsung, siswa cenderung diam, tidak bertanya dan tidak menjawab pertanyaan-pertanyan yang diajukan guru, sehingga belum menunjukkan kelancaran siswa mengemukakan gagasan. Kedua, saat praktikum siswa cenderung main-main, tidak terfokus pada pengambilan data serta tidak mau memikirkan jawaban pertanyaan-pertanyaan pada analisis data hasil praktikum, sehingga keaslian siswa membuat tanggapan belum dapat diidentifikasi. Ketiga, siswa cenderung menghafalkan satu jawaban yang benar, dan kemampuan siswa maupun guru dalam mencari alternatif jawaban dari masalah masih kurang, sehingga belum tampak keluwesan siswa memikirkan alternatif jawaban yang bervariasi. Keempat, siswa kesulitan memahami konsep-konsep fisika serta kaitannya dengan permasalahan dalam penerapan konsep di kehidupan sehari-hari. Menurut para siswa bahwa pembelajaran fisika yang mereka terima dari guru sama seperti mata pelajaran yang lainnya sehingga hal tersebut membosankan.Hal tersebut mengindikasikan bahwa keterampilan dan kreatifitas siswa dalam mengemukakan gagasan masih rendah.
Berdasarkan informasi dari guru mata pelajaran fisika kelas VIIE SMP, bahwa pertama, guru telah mengajar menggunakan berbagai metode pembelajaran diantaranya investigasi kelompok dan metode ceramah serta menggunakan charta pembelajaran.. Kedua, guru sedang dalam proses menggunakan modul. Kegiatan yang terancang dalam modul belum melibatkan siswa secara aktif dan belum ada pertanyaan-pertanyaan aplikasi konsep. Ketiga, siswa belum dapat melakukan praktikum dengan baik. Keempat, kemampuan kognitif siswa kelas VIIE masih rendah.
Berikut daftar Nilai rata-rata hasisl belajar fisika Kelas VII SMPN 9 Palu dan data keterampilan proses sains kelas VIIE SMPN 9 Palu :

Tabel 1. Daftar Populasi dan nilai rata-rata hasil belajar fisika
Kelas Jumlah siswa Nilai rata-rata Kelas Jumlah siswa Nilai rata-rata
VII A 35 6,2 VII D 31 6,0
VII B 31 6,2 VII E 32 5,5
VII C 33 5,8 VII F 37 5,6


Tabel 2. Daftar Nilai rata-rata Keterampilan Proses Sains
Kelas VII E SMPN 9 Palu

No Aspek yang diamati Penilaian
Skor Kriteria
1. Keterampilan Pengamatan (observasi) 52 cukup
2. Keterampilan Mengklasifikasi 59 Cukup
3. Keterampilan menafsirkan (interpretasi) 60 Baik
4. Keterampilan meramalkan (Prediksi) 59 Cukup
5. Keterampilan menerapkan Konsep 58 Cukup
6. Keterampilan merencanakan penelitian 52 Cukup
7. Keterampilan mengkomunikasikan 64 Baik


Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Siklus Belajar untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep siswa kelas VIIE SMPN 9 Palu”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini ádalah “apakah penerapan model Siklus Belajar dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep físika pada siswa Kelas VIIE di SMPN 9 Palu ?”

C. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep Fisika siswa Kelas VIIE SMPN 9 Palu.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi siswa, Membantu siswa untuk dapat membangun sendiri pengetahuannya sehingga dapat meningkatkan keterampilan proses sains yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajarnya.
2. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih dan mengembangkan model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar.
3. Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih dan mengembangkan model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar dan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar físika.


E. KAJIAN PUSTAKA
E.1. Model Siklus Belajar
Model Siklus Belajar merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada teori piaget dan teori pembelajaran kognitif serta aplikasi teori kontruktivisme. Model ini dikembangkan oleh Robert Korplus dalam rangka perbaikan kurikulum sains pada tahun 1970-1974, dengan menggunakan fase eksploration , explanation dan discovery kemudian menggunakan istilah yang berbeda-beda untuk fase-fase tersebut Lorsbch dalam Vitri (2008: 20).Metode siklus belajar terdiri atas :

1. Fase Pendahuluan
Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk mendapatkan perhatian siswa, mendorong kemampuan berpikir, membantu mereka mengakses pengetahuan awal yang telah dimilikinya. Timbulnya rasa ingin tahu siswa tentang tema atau topik yang akan dipelajari dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa tentang fakta/fenomena yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.
2. Fase Eksplorasi
Pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk bekerja baik secara mandiri maupun kelompok tanpa instruksi secara langsung dari guru. Siswa bekerja memanipulasi suatu objek, melakukan percobaan (secara ilmiah), melakukan pengamatan, mengumpulkan data, sampai pada membuat suatu kesimpulan dari percobaan yang dilakukan.
Guru sebagai fasilitator membantu siswa agar bekerja pada ruang lingkup permasalahan (hipotesis yang dibuat sebelumnya). Sesuai dengan teori Piaget, kegiatan eksplorasi siswa diharapkan mengalami ketakseimbangan kognitif .
3. Fase Penjelasan
Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk melengkapi, menyempurnakan, dan mengembangkan konsep yang diperoleh siswa. Guru menjelaskan konsep yang dipahaminya dengan kata-katanya sendiri, menunjukkan contoh-contoh yang berhubungan dengan konsep untuk melengkapi penjelasannya, serta bisa memperkenalkan istilah-istilah baru yang belum diketahui siswa. Pada kegiatan yang berhubungan dengan percobaan, guru dapat memperdalam hubungan antar variable atau kesimpulan yang diperoleh siswa. Sehingga, siswa dapat meningkatkan pemahaman konsep yang baru diperolehnya.
4. Fase Penerapan Konsep
Kegiatan belajar ini mengarahkan siswa menerapkan konsep-konsep yang telah dipahami dan keterampilan yang dimiliki pada situasi baru. Kegiatan fase ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang telah mereka ketahui, sehingga siswa dapat melakukan akomodasi melalui hubungan antar konsep dan pemahaman siswa menjadi lebih mantap.
5. Fase Evaluasi
Ada dua hal ingin diketahui pada kegiatan belajar ini yaitu pengalaman belajar yang telah diperoleh siswa dan refleksi untuk melakukan siklus lebih lanjut yaitu untuk pembelajaran pada konsep berikutnya.




Tabel.3. Model siklus Belajar (diadaptasi dari Meyer.1998)
Indikator Tahap siklus belajar
Eksplorasi Pengenalan Konsep Aplikasi
Guru Mengidentifiksi Konsep yang akan diajarkan. Guru berposisi sebagai fasilitator Membantu siswa mengembangkan konsep yang diperoleh melalui eksplorasi. Membimbing siswa pada pemahaman konsep baru yang bermakna .Cara yang dapat dilakukan yakni dengan megembangkan strategi bertanya Mendukung siswa untuk menguji kemampuannya dalam menerapkan konsep pada situasi baru.Guru berposisi sebagai mentor.
Siswa Memulai mengenal materi baru atau fenomena baru dengan bimbingan minimal, dimana fenomena yang disajikan menantang struktur mental siswa Mencoba memahami konsep baru dan berdiskusi dalam hal yang berkaitan dengan fenomena pada tahap eksplorasi Mempeoleh penguatan pada perkembangan struktur mental yang baru.

F.2. Komponen Keterampilan Proses Sains
Keterampilan Proses adalah keterampilan yang diperolah dari latihan kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan –kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan yang mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama kelamaanakan menjadisuatu keterampilan, sedangkan tujuan pengajaran sains sebagai proses adalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa, sehingga siswa bukan hanya mampu mampu dan terampil psikomotorik, melainkan dapat mengemukakan ide bahwa memahami sains sebagian bergantung pada kemampuan memandang dan bergaul dengan alam menurut cara-cara yang diperbuat ilmuwan (Conny Setiawan, 1987: 15).
Berikut ini akan diuraikan mengenai pengertian dari setiap kemampuan beserta kata-kata operasional dari masing-masing keterampilan :
1. Mengamati; yaitu keterampilan mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan dengan indera. Kata kerja operasional : melihat, mendengar, merasa,meraba, mengecap, menyimak, mengukur, membaca.
2. Mengklasifikasi; yaitu keterampilan menggolongkan benda, kenyataan, konsep, nilai, atau kepentingan tertentu. Untuk membuat penggolongan, perlu ditinjau persamaan dan perbedaan antara benda, kenyataan, atau konsep sebagai dasar penggolongan.Kata kerja Operasional : mencari persamaan, membadakan, membandingkan, mengontraskan, mencari dasar penggolongan.
3. Menafsirkan (menginterprtasi); yaitu keterampilan proses menafsirkan sesuatu benda, kenyataan, peristiwa, konsep, atau informasi yang telah dikumpul melalui pengamatan, perhitungan, penelitian, atau eksperimen. Kata kerja operasional : Menaksir, Memberi arti, mengartikan, memposisikan, mencari hubungan ruang waktu, menentukan pola, menarik kesimpulan, mengeralisasikan.
4. Meramalkan (memprediksi); yaitu mengantisipasi atau menyimpulkan suatu atau hubungan antar data atau informasi.
5. Menerapkan; yaitu menggunakan hasil belajar berupa informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori, keterampilan.Melalui penerapan, hasil belajar dapat dimanfaatkan, diperkuat, dikembangkan, atau dihayati.
Kata kerja operasional : Menggunakan (informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori, keterampilan dalam situiasi), menghitung ,menentukan variable, menegndalikan variable, menghubungkan konsep, pertanyaan penelitian, menyusun hipotesis, membuat modul.
6. Merencanakan penelitian; yaitu keterampilan yang amat penting karena menentukan berhasil tidaknya penelitian. Keterampilan ini perlu dilatih, karena selama ini pada umumnya kurang diperhatikan dan kurang terbina. Pada tahap ini ditentukan masalah atau objek yang akan diteliti, tujuan, dan ruang lingkup penelitian, sumber data tau informasi, cara analisis, alat dan bahan atau sumber kepustakaan yang diperlukan. Jumlah orang yang terlibat, langkah-langkah pengumpulan data pengolahan data atau informasi, serta tata cara melakukan penelitian.Kata kerja operasional : menentukan masalah atau objek yang akan diteliti, menentukan tujuan penelitian, menentukan ruang lingkup penelitian, menentukan sumber data, menentukan alat, bahan dan sumber kepustakaan, cara penelitian.
7. Mengkomunikasikan; menyampaikan perolehan atau hasil belajar kepada orang lain dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan, atau penampilan.

Muhammad Nur (1995:8) mengemukakan :
”Dalam menerapkan pendekatan keterampilan proses untuk pembelajaran, guru harus terlebih dahulu melakukan persiapan, berupa: Mengkaji tujuan dan materi pembelajaran yang hendak disampaikan; Memilih metode yang sesuai dengan karakteristik materi dan kondisi sekolah; Merancang perangkat pembelajaran dengan menggunakan LKS atau perangkat lainnya yang didalamnya memiliki komponen-komponen keterampilasn proses IPA yang hendak dilatihkan.”
Piaget dalam Djernih (2004 :12) menyatakan bahwa :
”Manusia tumbuh, beradaptasi dan berubah melalui perkembangan fisik, perkembangan kepribadian , perkembangan sosio emosional, dan perkembangan kognitif. Dalam pandangan piegat bahwa pengetahuan itu datang dari tindakan dan perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif berinteraksidengan lingkungannya.”
Selanjutnya Piaget dalam Muhammad Nur (1995:1) menyatakan bahwa implikasi proses pembelajaran seorang guru Perlu: memusatkan perhatian kepada proses mental anak dan tidak sekedar hasilnya; mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif pembelajaran, namun tetap memaklumi adanya perbedaan individu dalam hal kemajuan perkembangan belajar.”
F.3. Penguasaan Konsep
Konsep dapat didefenisikan sebagai pola unsur bersama diantara anggota kumpulan atau rangkaian. Hakikatnya suatu konsep tidak terdapat didalam masing-masing anggota, tetap didalam unsur atau sifat yang terdapat pada semua anggota. Selama konsep terus menerus dan m,enginterpestasikan stimusus otak manusiatidak henti-hentinya mengabstraksi, membantu dan membandingkan pola. Hal ini dikerjakan secara otomatis yang menyebabkan manusia mempelajari konsep dan dapat menggunakan secara intuitif. Namun sering dijumpai kesulitan dalam memberikan deskripsi verbal yang memadai mengenai proses atau kriteria yang kita gunakan dalam pembentukan konsep.
Berbicara tentang konsep fisika, banyak ahli yang mendefinisikan tentang konsep. Salah satu diantaranya adalah Purwanto (1997:85) dalam bukunya pedoman Guru, menyatakan bahwa :
”Konsep itu adalah suatu ide/gagasan yang digeneralisasikan dari pengalaman-pengalaman tertentu dan relevan. Selanjutnya ia menyatakan bahwa konsep dibedakan atas tiga sifat , yaitu klasifikasi,korelasional dan teoritis. Menurut tingkatannya dibedakan atas dua, yaitu konsep konkrit dan konsep abstrak.”
Konsep konkrit adalah konsep yang terbentuk karena pengalaman langsung melalui panca indra, misalnya cara melakukan pengukuran tentang besarnya gaya beserta data-data yang diperoleh dari hasil pengukuran,dll. Sedangkan konsep abstrak adalah konsep yang berkembang dari konsep konkrit melalui suatu analisis dan sintesa.
Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, maka secara sederhana dapat dikemukakan bahwa meningkatkan penguasaan konsep berarti suatu upaya yang dilakukan seorang (guru ) dalam penyajian materi pelajaran kepada siswa agar mereka menguasai deangan benar tentang materi tersebut, dan dengan upaya tersebut para siswa mampu mengungkapkan ide atau gagasannya tentang peristiwa tersebut.
Beberapa langkah-langkah petunjuk yang harus diperhatikan oleh guru dalam mengerjakan bahan pelajaran yang sifatnya penguasaan konsep antara lain :
1. Renungkanlah arah, orientasi, dan aplikasi konsep yang harus dipelajari.
2. Tinjau kembali unsur pra syarat konsep yang hendak dipelajari.
3. Sajikan stimulus sederhana yang tepat dari unsur-unsur yang ada dalam konsep sehingga unsur –unsur pola atau hubungan bersama dapat diketahui.
4. Definisi dan asosiasi nama konsep.
5. Perluas asosiasi melalui berbagai contoh dan aplikasi.
6. Pertajam kemampuan membedakan dengan menggunakan lebih cepat contoh yang realistis. Dalam beberapa kasus contoh-contoh realistis berguna untuk mempertajam kemampuan.
7. Berilah latihan dan penguasaan peninjauan kembali.
8. Uji kemampuan melalui contoh konsep, mendefinisikan konsep dan menampilkan konsep.


G. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan uraian-uraian yang dikemukakan diatas, maka dalam penelitian tindakan kelas ini diajukan hipotesis sebagai berikut :
Dengan menerapkan metode siklus belajar dapat meningkatkan keterampilan proses sain dan pemahaman konsep fisika.

H.METODE PENELITIAN
H.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Tujuan diadakan penelitian tindakan kelas adalah untuk mendapatkan solusi dari permasalahan spesifik di kelas dan untuk mengujicobakan hal-hal baru dalam pembelajaran (Sugiyanto, 2005:56). Penelitian dimulai dengan perencanaan yang meliputi model siklus belajar, dan penyusunan instrumen penelitian. Pelaksanaan penelitian berupa kegiatan pembelajaran yang mengimplementasikan model siklus belajar di kelas VII E SMPN 9 Palu, observasi lapangan, dan diskusi. Selesai proses belajar mengajar diadakan refleksi dengan guru mata pelajaran guna mengevaluasi yang terkait dengan pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga diharapkan terjadi perbaikan tindakan (replanning).
Penelitian ini akan dilaksanakan selama dua siklus. Sebelum siklus I dilaksanakan, peneliti melakukan observasi awal dan wawancara dengan guru mata pelajaran Fisika untuk mengetahui masalah yang terdapat di kelas VII E SMPN 9 Palu. Pembelajaran yang dilakukan adalah implementasi model siklus belajar yang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses sain dan pemahaman konsep fisika.
Model penelitian ini akan mengacu pada modifikasi diagram yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc.Taggart (dalam Djernih.,2004:20), seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. Tiap siklus dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: 1) Refleksi awal, 2) Rencana tindakan, 3) Rencana tindakan, 4) Observasi, 5) refleksi. Adapun alur pelaksanaan tindakan yang dimaksud selanjutnya pada Gambar 1.






.



Gambar 1.Diagram Alur Desain Penelitian Model Kemmis dan Mc Taggar

H.2. Subjek dan Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian ini akan dilakukan dengan subyek penelitian adalah siswa kelas VIIE SMPN 9 Palu .
Pengumpulan data akan dilakukan dengan menggunakan instrumen yang telah disusun sebelumnya, yaitu skenario pembelajaran, media pembelajaran, dan pedoman observasi tahapan pembelajaran. Skenario pembelajaran digunakan oleh guru sebagai landasan pelaksanaan pembelajaran. Pedoman observasi tahapan pembelajaran digunakan pada saat pembelajaran berlangsung. Tes diberikan sebelum dan sesudah pembelajaran. Selain itu juga akan digunakan lembar observasi, catatan lapangan dan rekaman data serta wawancara yang tak berstruktur untuk mengetahui kondisi siswa, kondisi pembelajaran serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi nanti selama proses pembelajaran berlangsung.
H.3 Jenis dan Sumber Data
H..3.1. Jenis Data
Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif.
a. Data kualiltatif adalah data yang diperoleh dari siswa berupa data hasil observasi dan hasil wawancara, serta kegiatan guru atau peneliti dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dari tes hasil belajar siswa.
H.3.2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa.
a. Guru; data yang diperoleh dari hasil observasi saat proses pembelajaran berlangsung
b. Siswa; data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan tes.

H.4. Tekhnik Analisa Data
H.4.1 Analisa Data Kualitatif
Analisa data dalam penelitian ini dilakukan sesudah pengumpulan data. Adapun tahap-tahap kegiatan analisis data kualitatif adalah: 1). Mereduksi data, 2). Menyajikan data, dan 3). Verifikasi data/penyimpulan.
1. Mereduksi Data
Kegiatan mereduksi data merupakan bagian dari analisis yang digunakan untuk menajamkan informasi, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi sedemikian rupa sehingga akhirnya dapat ditarik kesimpulan.
2. Menyajikan Data
Menyajikan data dilakukan dengan menyusun data secara sederhana ke dalam tabel serta menyusun uraian secara naratif. Naratif artinya yang diperoleh dari hasil reduksi dibuat dalam bentuk tabel dan diberi nama kualitatif. Sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.
3. Penyimpulan/Verifikasi
Penyimpulan ialah proses penampilan intisari dari sajian yang telah terorganisir tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat atau informasi yang singkat dan jelas.

G.4.2 Analisa Data Kuantitatif
1. Daya Serap Individu
Analisa data untuk mengetahui daya serap masing-masing siswa digunakan rumus sebagai berikut :


Dengan : X = Skor yang diperoleh siswa
Y = Skor maksimal soal
DSI = Daya serap individu
Suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara individu jika persentase daya serap individu sekurang-kurangnya 65 % (Depdiknas, 2004: 37).
2. Ketuntasan Belajar Klasikal
Analisa data untuk mengetahui ketuntasan belajar seluruh siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut :


Dengan : = Banyaknya siswa yang tuntas
= Banyaknya siswa seluruhnya
KBK = Ketuntasan belajar klasikal
Suatu kelas dikatakan tuntas belajar klasikal jika rata-rata 85 % siswa telah tuntas secara individual (Depdiknas, 2004: 37).

3. Daya Serap klasikal
Analisa data yang digunakan untuk mengetahui daya serap klasikal atau daya serap seluruh sampel penelitian digunakan rumus sebagai berikut :


Dengan : = Skor total persentase
= Skor ideal seluruh siswa
DSK = Daya serap klasikal
H. INDIKATOR KINERJA
Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini adalah bila keterampilan proses sains dapat direduksi dengan pencapaian presentase daya serap siswa yang memiliki keterampilan proses sains dan penguasaan konsep rendah minimal 65 % dan dikatakan berhasil jika mencapai 85 %.(Depdiknas, 2004: 37).









DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud, 1993.Petunjuk Pelaksanaan PBM Fisika Kurikulum 1994.Depdikbud.Jakarta.

Depdiknas. 2001. Penerapan Model Kontruktivisme pada Pembelajaran IPA. Jakarta: Direktorat Pendidikan Nasional.

Depdiknas. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Djernih, 2004. Penerapan Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Proses Sains Dalam meningkatkan Pemahaman Konsep Gaya dan Tekanan Siswa Kelas IA SLTPN 16 Palu. Skripsi tidak dipublikasikan.

Muhammad nur, 1995. Materi Pelatihan (TOT) Guru Mata Pelajaran Fiska.Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Depdikbud, Jakarta










LEMBAR OBSERVASI GURU
Materi : Kalor dan Perpindahan
Hari/tanggal :
Petunjuk !
Isilah kolom dibawah ini dengan pedoman penilaian berikut :
4 : Jika semua deskripsi muncul
3 : Jika tiga (3) deskripsi muncul
2 : Jika hanya ada dua (2) deskripsi muncul
1 : Jika hanya satu (1) deskripsi muncul
Tahap Indikator yang diamati Deskriptor skala
1 2 3 4
Awal Membagi kelompok • Membagi siswa kedalam kelompok keci
• Meminta siswa duduk sesuai kelompoknya masing-masing
• Meminta siswa melakukan kerjasama yang baik dalam kelompok
• Meminta siswa untuk memperhatikan penjelasan guru.
Memberikan motivasi • Memberikan informasi tentang pentingnya materi yang akan diajarkan
• Mendorong siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran
• Membimbing siswa bertanya atau mengajukan pendapat
Menyampaikan indicator pembelajaran • Disampaikan diawal pembelajaran
• Indikator sesuai dengan materi yang akan diajarkan
• Indicator sesuai dengan kegiatan siswa
• Menyampaikan indicator dapat dimengerti oleh siswa
Inti Fase1 Eksplorasi • Masalah diberikan sesuai dengan materiyang akan diajarkan
• Masalah yang diberikan jelas dan mudah dipahami
• Masalah yang diberikan memancing siswa untuk memberikan hipotesis
• Membimbing siswa menuliskan jawaban sementara kedalam LKS
Membimbing siswa melakukan eksperimen • Meminta masing-masing kelompok siswa untuk menyusun peralatan sesuai LKS
• Membimbing siswa dalam melakukan percobaan
• Membimbing siswa dalam pengambilan data
• Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
Fase2 Pengenalan konsep
Memberikan tambahan penjelasan tentang konsep yang dipelajari • Penjelasan yang diberikan mudah dipahami siswa
• Penjelasan yang diberikan sesuai konsep
• Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya
• Menjawab pertanyaan siswa dengan jelas dan mudah dimengerti
Membimbing siswa menuliskan jawaban kedalam LKS bagian pengenalan konsep. • Siswa memahami pertanyaan yang diberikan
• Pertanyaannya sesuai dengan materi yang diajarkan
• Pertanyaannya sesuai dengan konsep
• Meminta siswa menuliskan jawaban kedalam LKS

Fase3 aplikasi
konsep

• Masalah yang diberikan berkaitan dengan materi yang akan diajarkan
• Masalah yang diajarkan mudah dipahami
• Membimbing siswa yang belum memahami permasalahan
• Meminta siswa mengajukan jawaban sementara dari permasalahn tersebut
Akhir Menyimpulkan materi pelajaran • Meminta salah seorang siswa untuk menyimpulkan mata pelajaran
• Kesimpulan jelas dan mudah dipahami
• Kesimpulan sesuai dengan tujuan pembelajaran
• Meminta siswa menuliskan kesimpulan akhir dari materi yang dipelajari
Presentase nilai Rata-rata (NR) = ( Jumlah Skor / Skor maksimal ) x 100 %
Kriteria taraf keberhasilan tindakan :
90 % < NR < 100 % : sangat Baik
80 % < NR < 90 % : Baik
70% < NR < 80 % : cukup
60 % < NR < 70% : Kurang
0 % < NR < 60 % : Sangat kurang
Palu,………….
Observer










USULAN PENELITIAN



PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN
PENGUASAAN KONSEP FISIKA
KELAS VIIE SMPN 9 PALU




Proposal



Oleh :

LUKMAN ABDUL KARIM
A. 241 05 042









FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
UNIVERSITAS TADULAKO
MARET 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar